Jumat, 27 Januari 2012

sejauh ini.....

Hari ini Adid masuk sekolah lewat pintu Andalas, seperti kemarin. selama dalam perjalanan tadi saya tanya dia mau lewat mana, dan jawabannya adalah lewat pintu andalas. dan sebelum menaiki tangga yang tinggi tersebut ia sebelumnya mengkonfirmasi saya dengan bertanya "Papi, naik tangga itu sehat di'?" saya jawab ia, berolahraga itu sehat. sesampai diatas di lorong menuju ruang kelas kembali ia bertanya"Papi tidak capek?" saya bilang tidak, kalo kita? dia bilang "kalo saya capek"saya liat dia ngos-ngosan setelah menaiki tangga sekolah tadi, ingusnya tambah sering keluar masuk, dan saya memberinya sapu tangan saya untuk dia lap ingusnya. setelah selesai ia mengkonfirmasi lagi "Papi, itu nanti terserap to? kalo lama-lama jadi hilang" ia katakan sambil menyerahkan sapu tangan saya yang sudah berlepotan dengan ingusnya, hasil dari menaiki tangga sekolah tadi.
Saya mengantar dia hingga ke dalam di teras toko athirah. Oleh karena satu bukunya belum ada, dan belum sempat saya ambilkan, padahal sudah lama gurunya mengkonfirmasi bahwa buku matematics 1b sudah ada di toko athirah, dan harganya 50.000. Beberapa hari lalu saya coba cari di toko buku dan saya dapat buku matematika 1b di monginsidi dan harganya 45.000 tapi karena ragu apakah itu memang bukunya sy konfirmasi ke ibunya dan ternyata bukan, judul bukunya adalah mathematics 1b. Kemarin sore saya singgah di toko erlangga dan menanyakan buku tersebut, erlangga mengatakan barangnya kosong, saya tanya harganya dan setelah petugas erlangga mengecek di komputer harganya 49.000. dan oleh karena hari ini belajar mathematics dan toko athirah buka jam 9 nanti, maka uang tuk beli buku tersebut saya berikan ke dia, juga uang buat jalan-jalan nantinya yang akan disetor pada gurunya. saya pesankan ke dia tuk bilang sama gurunya bahwa ada uang buat beli buku pada dia.
Sejauh ini, ada perkembangan soal hiruk-pikuk yang terjadi belakangan ini, pintu fatimah tadi pagi sudah dibuka dan anak-anak keluar masuk, tak satupun guru saya liat berjaga di pintu tersebut, sementara sejumlah guru justru banyak berjaga di jalur masuk pintu andalas, 2 orang dekat piket, 2 orang di tangga paling atas dan 2 lagi tingkat tengah tangga. Setiap anak yang datang harus menyalami satu persatu guru tersebut, dan guru tampak asyik bercanda dengan sesamanya dan disaat yang sama dengan penuh selidik mengamati setiap siswa yang datang.
Terjadi diskusi kecil dengan beberapa orang tua siswa yang saya temui, di depan pintu fatimah. beberapa orang tua menyebut pak direktur yang katanya lebih open minded, berbeda dengan kepala sekolah. beberapa hal yang dibicarakan adalah bahayanya pintu andalas, yang lantainya dari batu dan bukan tegel dimana saat pulang sekolah anak-anak biasanya berlarian dan saling dorong. Jika tidak ada yang mengawasi akan sangat berbahaya bagi anak-anak yang berdiri diatas tangga. konon tahun lalu sudah ada siswa yang pecah kepalanya karena jatuh di tangga tersebut. juga orang tua yang menyebut athirah sebagai sekolah mahal, tetapi fasilitas dan pembelajaran sama saja dengan sd inpres. Tentang les-les di sekolah serta bimbingan belajar. Jika anak-anak harus mengikuti les lagi lalu saat belajar memangnya bikin apa? atau itu berarti gurunya yang tidak bisa mengajar? semester lalu adid juga ikut les di sekolah, 4 kali dalam seminggu, dimana 2 mata pelajaran adalah pelajaran tambahan yang disediakan sekolah dan 2 lagi berbayar 50.000/bulan. waktu belajar setelah istirahat siang sehingga yang tadinya pulang sekolah jam 12.10 maka jika ikut less pulangnya jam 13 siang. Tapi semester ini berhenti. jika semester lalu nilai rapor adid masih diatas 80-an saya tidak tahu apakah masih akan seperti itu. jika saja sd athirah sama dengan beberapa sd inpress, maka siswa yang tidak ikut less yang dibina oleh gurunya, bagaimanapun pintarnya tidak memperoleh nilai bagus. ah mudah-mudahan tidak. ini kan sekolah Islam, tidak mungkin lah ada tipu-tipuan seperti itu.
Satu hal lagi yang dibicarakan orang tua tadi adalah mengenai tanggapan bapak direktur yang open minded tersebut, yang membuka diri untuk saran-saran dari orang tua murid, atau tokoh pendidik atau bahkan tokoh masyarakat untuk memberikan sumbangsih pemikirannya tuk kemajuan Athirah. ya, saran dan pemikiran serta ide-ide tuk kemajuan athirah, bagi kami sendiri sebetulnya sih tidah peduli apakah athirah maju atau tidak, yang penting adalah kemajuan belajar dan peningkatan kemampuan dari anak-anak kami yang sekolah di athirah, jadi seharusnya fokusnya adalah kemajuan siswa. Akan sangat berbeda jika fokusnya adalah kemajuan athirah, sebab bisa jadi Athirahnya hebat tapi didalamnya adalah siswa-siswa yang terdoktrinasi dengan keunggulan Athirah tapi tidak mampu memperlihatkan keunggulan dirinya. inipun sebuah pemikiran.
Membicarakan mengenai seperti apa pendidikan yang benar juga sebetulnya menjadi sangat luas pemikiran serta saran yang harus diberikan. membedakan mana pendidikan islam dan bukan saja sekarang susah di bedakan. kita bisa menyebut athirah sebagai sekolah Islam tapi apakah model pendidikan yang diterapkan di sekolah ini adalah model pendidikan Islam? apakah cara mendidik anak-anak pada jaman Nabi sama diterapkan di Athirah, guru-gurunya, murid-muridnya serta cara belajarnya. atau samakah dengan sekolah yang ada pada jaman kekhalifahan Islam yang berhasil melahirkan intelektual semacam Alkhawarizmi, asal muasal kata algoritma, jantung ilmu komputer, atau penemu awal mesin-mesin canggih yang cerdas abu Musa, atau Ibnu Sina, dokter bedah pertama disaat Inggris masih kental ilmu kleniknya, atau ilmuwan hebat lainnya yang kemudian diteruskan di dunia barat sehingga menjadi cikal bakal ilmu modern. dan versi sekolah yang diciptakan barat tersebutlah yang di copy paste ke sekolah di Indonesia.... ahhh terlalu jauh...
Model pendidikan sekolah yang di akui pemerintah ini sama atau turunan model pendidikan yang dijalankan sejak belanda berkuasa di tanah air. model ini juga sama dihampir semua negara di barat dan Amerika. Kiblat kita dalam mendirikan sekolah, dalam mengelola cara belajar adalah Amerika dan Barat. meskipun kita tetap menyebut sekolah model barat tersebut dengan sekolah Islam. Alhasil, Islam lebih diajarkan sebagai ilmu dengan penguasaan simbol-simbol keislaman, tetapi pengamalan nilai-nilai Islam itu menjadi tanda tanya. Alhasil Athirah sepertinya sama saja dengan SD Inpres, kecuali karena ada kata Islamnya dan kecuali berbeda jumlah pembayarannya, dan kecuali yang lain yang menyimbolkan adanya kemajuan Athirah. Inipun sebuah pemikiran.
Sejauh ini saya masih belum mengenal banyak tentang Athirah, Saya belum mengenal banyak guru-gurunya, seperti apakah guru-guru athirah tersebut. Dengan kepala sekolah saya hanya tau kata-kata yang beliau sampaikan lewat 2 kali sms, dengan direktur saya hanya membaca smsnya yang diforward ke saya dari ibu pengurus BMJ. Padahal mereka ini adalah pengganti kami sebagai orangtua kandung dari anak-anak yang sekolah disini. selama jam sekolah. mereka-mereka inilah yang akan turut membentuk jiwa anak kami, bahkan mungkin mendoktrin anak-anak kami. nilai-nilai apa yang akan ditanamkan mereka kepada anak kami? keteladanan apa yang akan mereka contohkan kepada anak-anak kami? sepertinya sama saja jika menyekolahkan anak kami ke sd inpres, kita sepenuhnya menyerahkan anak kami tuk dididik di sekolah, apapun yang terjadi disekolah, di rumah mungkin kita akan bertengkar dengan anak-anak karena adanya perbedaan apa yang kita yakini dengan apa yang diajarkan atau diterima anak-anak disekolah. saya tentu berharap sekolah ini dengan nama Islam yang disandanganya tentu akan mengajarkan nilai-nilai keislaman, bukan sekedar mengajarkan simbol, tetapi memberi contoh penerapan nilai-nilai islam tersebut. tapi apakah memang begitu?
Sejauh ini saya masih berharap, anak kami sekolah yang baik, disekolah yang baik, oleh guru yang baik sehingga hasilnya nanti juga baik.
Adapun beberapa letupan-letupan, ungkapan-ungkapan serta kata-kata yang terlanjur tertoreh dibeberapa tulisan sebelumnya, sejauh ini memukul balik perasaan saya, mencari cara melegakan perasaan, meminta maaf atas semua yang muncul tersebut, meski tak ada niat sama sekali untuk menjatuhkan, merendahkan ataupun semacamnya. muncul begitu saja. meledak begitu saja. awalnya saya kagum, tetapi kontradiksi antara nama dan kenyataan itulah yang memicu semua letupan tersebut.
Sejauh ini saya masih terus belajar mengendalikan diri.

Popular Posts