Jumat, 03 Mei 2013

Memperingati Hari Pendidikan Nasional

Hari ini 2 Mei 2013, bertepatan dengan hari Kamis, bangsa Indonesia terkhusus kalangan pendidikan memperingati hari Pendidikan Nasional. Hari ini bertepatan pula dengan tanggal lahir Ki Hajar Dewantoro, atau Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Beliau karena jasanya mendirikan sekolah Taman Siswa, yaitu sekolah yang diperuntukkan tidak hanya bagi bangsawan Priyayi Jawa dan Belanda, tapi juga untuk kalangan rakyat jelata. beliau pula yang melahirkan semboyan Tut Wuri Handayani, yang kemudian dijadikan sebagai semboyan pendidikan nasional. Seperti juga RA.Kartini, ada kalangan yang mempertanyakan peran Ki Hajar Dewantoro bagi dunia pendidikan Indonesia, kalangan tersebut justru mengajukan K.H Ahmad Dachlan yang lebih berjasa dan lebih besar peranannya dalam memajukan pendidikan rakyat masa itu. Ki Hajar Dewantoro hanya mendirikan taman siswa dan itupun hanya ada di Jawa, sementara KH. Ahmad Dachlan mendirikan sekolah di hampir seluruh nusantara, bukan hanya di Jawa. Jika pun kita mencoba melihat masyarakat di luar Jawa, di tanah Sulawesi sendiri pernah hadir hadir tokoh-tokoh dengan kecendekiawanan yang luar biasa. Sebutlah Karaeng Pattingaloang, beliau yang hidup di awal abad 17, menguasai setidaknya 5 bahasa asing, termasuk latin. Beliaulah 1 dari 2 orang yang memesan globe besar dunia saat itu. Ketika Galileo justru di hukum pancung karena berpendapat bahwa matahrilah pusat tata surya dan bukan bumi. Beliau pulalah yang memelihara Sultan Hasanuddin dan Arung Palakka ketika masih kanak-kanak. Belanda dan bangsa asing sangat mengagumi keluasan pengetahuan beliau, perpustakaannnya berisi buku-buku terbaru dari berbagai disiplin ilmu, dan semuanya habis terbakar dalam serangan belanda ke benteng pertahanan makassar dalam perang Gowa yang berlangsung sangat lama. Juga masih ada tokoh seperti Kajao Lalido seorang penasihat kerajaan Bone, yang pesan-pesan dan nasihatnya tertulis dalam lontara. Salah satu pesan tersebut adalah tentang Sulapa Eppa. yang salah satu tafsirannya tentang konsep manusia yang seutuhnya yaitu manusia yang memiliki sifat Macca na Malempu, Warani na Magetteng (Cerdas disertai kejujuran, dan Berani disertai konsistensi). Pembahasan tentang konsep tersebut sudah pernah di posting dalam tulisan sebelumnya. Ada lagi tokoh dari ajattappareng, yaitu Nenek Mallomo, seorang yang konsistensi terhadap hukum tidak di ragukan lagi. Beliaulah yang dengan tegas mengatakan "iyaro ade'e de' nakkiana" (hukum itu tidak mengenal anak). Beliau membuktikan dengan menghukum mati anak kandungnya sendiri yang terbukti berbuat tidak jujur. Adagium ini mirip atau mungkin ditiru oleh barat dengan istilah dalam bahasa latin. Ada juga tokoh seperi Amanna Gappa, yang hukum-hukum lautnya di adopsi menjadi hukum laut internasional. Daeng Pamatte yang menciptakan aksara lontara, aksara yang pernah digunakan sebagai aksara ilmiah dalam menuliskan pengetahuan-pengetahuan dalam bahasa daerah sulawesi, baik itu bugis, makassar, dan mandar. Aksara yang digunakan untuk surat-menyurat dan untuk menuliskan sejarah dan kejadian-kejadian yang terjadi di Istana Gowa, Bone, Luwu, dll. Kebiasaan menuliskan kejadian penting di istana inilah juga di tiru kerajaan Bima di Nusa tenggara Barat, sehingga Bima punya sejarah tertulis. Kebiasaan ini pulalah yang dibawa oleh empat bersaudara yang merantau dan berkuasa di kerajaan Riau-Lingga dan Kalimantan Barat, sehingga Riau punya sejarah tertulis. Empat bersaudara tersebut pulalah yang mewariskan darah bugis/makassar terhadap bangsawan kerajaan2 di Malaysia terutama Kerajaan Selangor, wilayah kerajaan dimana Kota Kuala Lumpur berada. Juga ada tokoh seperti Colli' Pujie, seorang Ratu. Yang memerintah di Pancana sehingga dikenal pula sebagai Arung Pancana, peran terbesar beliau adalah mengumpulkan naskah I Laga Ligo yang tersebar dan berserakan di tangan berbagai Keluarga keturunan raja-raja. Beliau atas permintaan D'Matthes, seorang pendeta Belanda, menyalin begitu banyak naskah sehingga terkumpul menjadi suatu karya sastra terpanjang dunia, jauh lebih panjang dan kompleks ceritanya dibandingkan kisah Mahabharata dari India, atau kisah dewa-dewi dalam mithology Yunani... ahh... seandainya ada yang mau mensponsori menuliskan kisah ini dalam berbagai bentuk seperti animasi dan lain-lain... masih banyak tokoh lainnya yang tidak bisa disebutkan... tokoh-tokoh yang memiliki kecerdasan luar biasa disertai kejujuran dan kesederhanaan, keberanian menentang ketidak adilan dan tetap konsisten dan istiqamah dengan segala resikonya.... karakter mereka itulah yang seharusnya menjadi role model bagi pembangunan karakter bangsa ini. Begitu lama dunia pendidikan nasional diombang-ambingkan dengan teori-teori pendidikan yang bersumber dari literatur barat, kurikulum yang berganti-ganti... sekolah yang mengasingkan peserta didik dengan lingkungannya, sekolah yang diatur sedemikian rupa sehingga peserta didik lupa lingkungannya.... Pada akhirnya dunia pendidikan yang dahulu begitu sarat materialisme ... mengikuti kesadaran barat yang bergeser dari pemahaman kecerdasan yang hanya diukur dari hanya Intellectual Quotient saja menuju perluasan ke emotional Quotient hingga spiritual Quotient sebagaimana di perkenalkan oleh Danah Zohar dengan Spiritual Capitalnya... seketika pendidikan kita kembali mengedepankan perlunya pendidikan karakter dalam kurikulum pendidikan sekolah. perlunya menggali kearifan lokal yang dimiliki bangsa ini, hal yang sebelumnya seperti ditabukan, sehingga seluruh siswa Indonesia hanya mengenal Ini Budi, Ini Bapak Budi..... Momentum hari pendidikan nasional jangan lewat begitu saja... saatnya kita mengenal karakter-karakter kuat tersebut.... jadikan sebagai role model dalam pendidikan karakter kita....

Popular Posts