Rabu, 04 Maret 2015

Dewi yang terkadang sedih


Meme "disitu terkadang saya merasa sedih" dipopulerkan oleh seorang polis bernama Brigpol Dewi Sri Mulyani. tadi malam buka-bukaan mengenai latar belakang mengapa beliau terkadang merasa sedih di salah satu stasiun Tv.
Dan ternyata penyebabnya adalah karena profesinya sebagai abdi negara yang kadang bertentangan dengan perannya sebagai ibu dari 2 orang anaknya. saat ia harusnya berada disamping anak-anaknya, membimbing dan mengarahkan mereka, negara juga memanggilnya untuk melaksanakan tugas sebagai seorang polisi. lalu mengapa ini harus terjadi? bukankah tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bukankah orangtua adalah pendidik utama dan terutama bagi seorang anak?
Disinilah perlunya keberpihakan negara terhadap peran ibu sebagai orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Sosok seorang Ibu teramat penting bagi seorang anak, mulai ketika masih dalam kandungan, lahir dan menyusu, berjalan, berlari bersekolah hingga dewasa dan siap menjadi orang tua lagi. keseluruhan proses tersebut memrlukan pendampingan dan didikan dari orangtuanya.
Kita bersyukur bahwa pemerintahan baru dibawah kemdikbud telah membentuk sebuah direktorat khusus tentang pendidikan keluarga/ayah bunda. Kita berharap dari direktorat ini akan lahir kajian dan model program tentang bagaimana menjadi orangtua untuk setiap jenjang dan fase kehidupan seorang anak. tentu juga akan ada keberpihakan negara terhadap pemberian kesempatan kepada orangtua untuk lebih maksimal berperan sebagai pendidik utama bagi anak-anaknya. Di beberapa negara kebijakannya sudah sangat hebat, misalnya di Jepang seorang Ibu yang mengandung maka akan berhenti dari pekerjaanya untuk bekerja mengasuh anaknya hingga berumur 2 tahun, baru setelah itu bisa melanjutkan karirnya. di Finlandia, keluarga adalah nomor satu, baru kemudian pekerjaan dan uang.
Dalam kasus Dewi dan semua ibu lainnya, negara seharusnya memberikan kesempatan kepada mereka untuk mendampingi anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik. kita punya tantangan 20-30 tahun yang akan datang dengan bonus demografi, jika sekarang anak-anak tersebut tidak terfasilitasi dengan baik untuk berkembang, maka bukan bonus demografi yang akan kita hadapi tetapi masalah demografi.
Dunia berkembang sangat pesat, teknologi masuk dengan cepat pula, berbagai kemudahan teknologi ini menyebabkan anak-anak kita sekarang begitu akrab dengan teknologi baru berikut arus informasi yang besar, kebanyakana informasi yang dibawa tersebut tidak sesuai dengan perkembangan anak, banyak yang kecanduan gadget, mendapatkan konten informasi dewasa, adegan dan berita kekerasan, pornografi, menyebabkan anak-anak kita terpapar dan tercemari. banyak kasus kekerasan dilakukan anak-anak, genk motor, dan lain-lain... semuanya ekses dari tidak adanya orangtua yang hadir mendampingi perkembangan anak. tidak kompetennya orang tua sebagai orang tua. juga bentuk kebingungan orangtua dengan sekolah.
Kita juga harus menyadari bahwa pelaku-pelaku kekerasan oleh anak sekolah seperti tawuran sebetulnya adalah bentuk kegagalan sekolah dalam membina moral anak-anak, juga karena terputusnya hubungan antara guru dan orangtua sebagai pendidik dari anak-anak mereka.
Kajian dan model program pendidikan keorangtuaan sangat penting untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut. baik untuk mengkompetenkan orangtua sebagai orangtua, maupun membentuk pola hubungan yang harmonis antara guru di sekolah dan orangtua dirumah sehingga masing-masing akan ada penguatan terhadap sikap perilaku yang diharapkan dimiliki anak usia sekolah.Serta dukungan dari semua pihak tentang pentingnya memberikan kesempatan kepada orangtua dalam mendampingi anaknya dalam porsi yang tepat sebagai pendidik yang utama dan terutama.
Jika ini terjadi, maka Brigpol Dewi tidak perlu merasa sedih, anak-anaknya akan terpenuhi kebutuhannya sehingga berkembang dengan baik.
Sikap utama yang perlu dimiliki oleh orangtua adalah bahwa setiap anak yang dilahirkannya adalah karya master piece dari Tuhannya, tidak ada produk gagal, setiap anak memiliki potensi menjadi hebat dan tinggal menemukan potensi hebatnya dan karenanya perlu dijaga, dipelihara, dididik dengan didikan terbaik sehingga ia akan menjadi manusia terbaik pula dengan prestasi dan karya yang akan dihasilkanya. akan lahir generasi emas, generasi solutif, manusia mandiri, bertanggungjawab, dan bukan sebaliknya menjadi beban masyarakat.
Tuhan telah menciptakan manusia sebagai ciptaan yang sempurna, dalam keadaan bagaimanapun ia adalah sempurna, maka dengan menyempurnakan didikan kita, anak akan menjadi manusia sempurna. manusia yang macca, lempu, warani dan getteng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan tuliskan komentar anda dengan cara yang baik, dan sopan. Komentar yang layak akan ditampilkan setelah dimoderasi.

Popular Posts