Senin, 21 Februari 2011

sulapa eppae

menurut yang saya pahami setidaknya ada beberapa versi yang dimaksud dengan sulapa eppa, yang pertama adalah "macca na malempu, warani na magetteng". dalam redaksi kalimat ini merujuk kepada kompetensi seorang manusia bugis yang sempurna. Olehnya itu manusia sulsel yang memiliki ke-empat sifat itulah yang layak diangkat menjadi pemimpin, atau leader.
keempat sifat tersebut adalah macca = pintar, malempu =jujur, warani = berani, magetteng= konsisten. adapun kepintaran (macca) haruslah dibarengi dengan kejujuran (lempu) oleh karena bunyi kalimatnya "macca na malempu" yang artinya pintar disertai kejujuran, bukan "macca, lempu" yang artinya "pintar, jujur". inilah salah satu makna besarnya bahwa pemimpin itu bukan pintar saja tetapi juga harus disertai kejujuran, sebab kalo tidak ia bisa pintar dalam suatu urusan, tetapi jujurnya nanti. dalam kondisi ini pemimpin akan cenderung "majekkong" (=curang), seorang yang mengaplikasikan kejujurannya untuk mempintari/mengakali orang. 2 kata berikutnya adalah "warani na magetteng", lagi-lagi kata warani di gandengkan dengan getteng. maknanya adalah pemimpin itu harus berani mengambil tindakan yang menurut segala macam pertimbangan adalah membaikkan. keberaniannya itu bukan temporer tetapi selalu dan terus menerus dipertahankan. konsistensi pemimpin dalam menjalankan keberanian, dan tidak tergantung apa kemauan sesaat rakyatnya. berani dan tetap dijalur kebenaran itulah intinya. bukan berani sesaat kemudian mengabaikannya ketika kondisi berubah.
itulah makna sulapa eppa versi pertama, adapun versi kedua adalah empat jenis sifat yang dimiliki oleh "tumakbicara". "tumakbicara" atau orang yang berbicara, ato org yang memutuskan persoalan. orang ini bisa jadi adalah hakim tetapi bisa juga pemimpin karena dialah yang mengambil keputusan.
empat sifat itu adalah sifat air, api, angin, dan tanah. adapun sifat air adalah sifat seorang yang cenderung seadanya, yang penting ada. berubah bentuk. ia akan bundar ketika masuk baskom, tetapi ia akan kotak ketika masuk bak mandi. ia juga tidak konsisten karena keputusannya tergantung dimana ia berada, ia mengikuti keinginan orang bukan ia yang membuat keputusan. sifat air yang tidak tetap dan mengalir ke tempat yang paling rendah tidak cocok dimiliki seorang pemimpin, seorang yg seharusnya memberi bentuk kepada rakyatnya.
sifat kedua adalah api yaitu sifat seseorang yang gampang sekali naik emosinya, jika sekali saja disinggung perasaannya, ia akan ingat terus dan membalas dendam kapan ia punya kesempatan. ia tidak mempertimbangkan apa yang baik tetapi apa yang menurut ukurannya dia. sifat ini akan menimbulkan perselisihan antara ia dan orang dipimpinya. oleh karena ia hanya menuruti apa egonya. begitu besarnya egonya hingga ia tidak peduli apa saran dan kemauan orang banyak, egonya saja yang harus jalan. ia akan makan kue sendiri, tetapi jika ada kue orang akan dipersoalkannya.
sifat ketiga adalah sifat angin, yaitu orang yang tergantung pada arah angin, jika angin dari barat ia ketimur, jika dari selatan ia ke utara. ia tidak punya sikap sendiri, keputusannya adalah apa yang dimau kebanyakan orang, bukan apa yang terbaik menurut pertimbangan terbaik.
sifat keempat adalah sifat tanah, inilah sifat terbaik. sebab ia tidak goyang, ia menerima air, angin dan api. dengan air ia menjadi lunak, dengan api ia menjadi bata dan dengan angin ia bertahan. inilah sifat terbaik yang seharusnya dimiliki seorang pemimpin.
Versi ketiga adalah seperti pernah diulas oleh Pelras dalam bukunya Manusia Bugis. bahwa manusia yang sempurna adalah manusia yang meiliki empat hal yaitu kekayaan, kekuatan, keberanian, kesalehan. yaitu seorang yang memiliki harta yang banyak, tetap rajin beribadah, sehat dan kuat serta berani.
demikianlah sedikit makna tentang sulapa appa itu.... sekarang kita pilih yang mana?

Selasa, 08 Februari 2011

Pemimpin yang Pintar dan Jujur?

ada tulisan di koran harian Fajar hari ini tentang sifat pemimpin yang Jujur, Pintar, Pembohong ato Bodoh. Penulisnya dosen Sosiologi UIN Alauddin, maaf saya lupa namanya.
Dalam tulisan tersebut antara lain mengulas pendapat Ibnu Khaldun tentang kriteria pemimpin, yang fokus pada pertanyaan pilih mana pemimpin yang bodoh tapi jujur ato pemimpin yg pintar tapi pembohong ?. Jika pertanyaan itu diajukan k rakyat Indonesia maka karena maraknya pemberitaan ttg kebohongan pemerintah maka tentu mayoritas pendapat rakyat diprediksi akan memilih jawaban lebih baik pemimpin bodoh tapi jujur. alasannya karena mayoritas rakyat sudah jenuh dan jengkel dengan kegohongan pemerintah yg banyak diberitakan media massa kita.
Jawaban ini berbeda dengan jawaban Ibnu Khaldun yang lebih memilih Pemimpin yang pintar meski pembohong, alasannya meskipun pemimpin itu pembohong tetapi akan gampang di koreksi oleh rakyat sehingga pemimpin akan susah jika ia akan berbohong, dengan kepintarannya ia bisa mengusahakan yang terbaik bagi kemajuan rakyatnya, nah kalo pemimpinnya bodoh, dia g bisa berbuat apa-apa karena kebodohannya itu.
Pendapat penulis Fajar sendiri kurang lebih sama dengan pendapat kebanyakan rakyat Indonesia, dan bertentangan dengan pendapat Ibnu Khaldun yaitu memilih pemimpin yang bodoh tapi jujur. meskipun pemimpin yang bodoh tetapi jika dikelilingi oleh orang pintar maka tentu kualitas pengambilan keputusannya akan tetap terbaik dan yang pasti ia tidak akan berbohong pada rakyatnya, sebaliknya jika ia Pintar dan pembohong maka tentu akan sangat luar biasa kebohongan yang dibuat untuk rakyatnya.
so..... sebetulnya pendapat siapa yang sebaiknya diikuti?
situs ini dari awal sy beri nama Macca na Malempu, jelas artinya adalah Pintar disertai Kejujuran. Sifat pintar yang menyatu dengan sifat kejujuran. Bukan pintar sekarang lain kali jujurnya. Macca na Malempu adalah kata majemuk yang pertama yang sambungannya adalah Warani na Megetteng. artinya Berani disertai konsistensi. bukan berani sekarang nanti tidak lagi. tetapi berani terus menerus. teguh pendirian.
Macca na Malempu, Warani na Magetteng adalah 4 sifat yang harus dimiliki oleh calon pemimpin menurut apa yang telah diwariskan oleh leluhur kita. 4 sifat atau 4 sisi itulah yang disebut juga "Sulapa Eppa" menyempurnakan karakter seseorang untuk bisa memimpin rakyatnya. Dia harus pintar, karena dengan kepintarannya ia bisa mengusahakan yang terbaik tuk kemajuan rakyatnya. tetapi kepintarannya harus disertai kejujuran, karena kalo tidak ia akan menipu rakyatnya. sangat besar kerusakan yang ditimbulkan jika pemimpin kita tidak jujur.
Setelah itu Pemimpin juga harus Berani (Warani) untuk mengambil tindakan apapun yang diyakininya baik untuk rakyat, serta konsisten(Getteng) tuk terus-menerus mengusahakan kebaikan itu. Tidak boleh takut, dan tidak boleh lemah, sebab jika pemimpin lemah maka rakyat kecillah yang akan jadi korban. apa gunanya pemerintahan jika tidak bisa melindungi rakyatnya?
Macca na Malempu, Warani na Magetteng. 4 sisi kesempurnaan manusia menurut toriolota, adalah konsep leadership yg hebat dari warisan budaya sulawesi selatan. :)

Popular Posts