Senin, 09 Agustus 2010

Amazing Brain : Lesson 1 & 2

Amazing Brain adalah suatu rangkaian tulisan/lesson 1-10 dari Bapak Anugrah Perdana (HP 0811 217 201m e-mail : kang_agah@yahoo.com). Saya mendapatkan copy file ini dalam sebuah CD e-book yang saya beli di Darut Tauhid Bandung.
Berikut isinya:

Lesson 1 : Familiarity
Menuurt sbeauh penilitean di Cmabrigde Uinervtisy, tdaik mejnadi maslaah
bgaimanaa urtaun hufur-hufur di dlaam sebauh kaat, ynag palngi pnteing adlaah
leatk hruuf partema dan terkhair itu bnaer. Siasnya dpaat brantaaken saam
skelai dan kmau maish dpaat mebmacanya tnpaa msaalah. Hal ini kerana oatk
masunia tdaik mambeca seitap huurf msaing-msaing, tatepi kaat kesuleruhan.
Manejkubakn naggk?
Bagaimana hal di atas bisa terjadi? Apa yang sesungguhnya terjadi di otak kita?
Dalam mempelajari otak, para ahli mempunyai suatu istilah yang disebut
Familiarity. Maksudnya adalah bahwa otak kita selalu membuat suatu
pola/pattern atas segala yang kita pelajari/ketahui. Dan jika ada stimulus baru
masuk maka otak akan mencari apakah ada padanannya dari apa yang sudah
dipelajari/diketahui.
Para ahli ada yang menghubungkan Familiarity ini dengan fenomena Deja Vu.
Menurut mereka Deja Vu terjadi karena stimulus baru yang kita lihat mempunyai
suatu atas memori yang ada di otak kita, sehingga kesannya pernah mengalami.
Padahal menurut mereka hal ini dikarenakan pola antara stimulus baru dan
memori yang ada di otak kita mempunyai kemiripan.
Dalam contoh tulisan di atas, begitu kita membaca tulisan tersebut, otak
langsung mencari di memori database kita berdasarkan jumlah huruf dan jenis
huruf, begitu ketemu langsung dibawa ke pikiran sadar sehingga kita dapat
membacanya.

Lesson 2 : Remember
Salah satu berita di koran yang saya sukai adalah dunia olahraga, karena banyak
memberikan inspirasi. Belum lama ini di koran Kompas ada suatu berita menarik
dari dunia tenis. Di situ dimuat suatu grafik 2 dimensi yang menghubungkan
antara umur seorang petenis dengan persentase kemenangannya. Adapun para
petenis yang dimasukkan ke data tersebut adalah : Llyeton Hewitt, Andy
Roddick, Roger Federer dan Andre Agassi. Ke-3 petenis yang namanya disebut
pertama masih berusia dibawah 25 tahun sedangkan Andre Agassi sudah 34
tahun. Menurut para pakar, usia emas seorang atlet datang sekitar umur ke-25
setelah relatif terus meningkat sejak kematangan fisik di usia 18 tahun.
Roddick dan Federer yang msing-masing berumur 22 tahun dan 23 tahun kini
sedang berada dalam puncak prestasi. Yang menjadi pertanyaan, sampai kapan
mereka mampu mempertahankan prestasi tersebut? Jika kita lihat petenispetenis
sebelum mereka seperti Pete Sampras, Boris Becker, Michael Chang dll,
mereka semua pernah mengalami puncak kejayaan tetapi kemudian mulai
tenggelam dan tidak terdengar lagi. Yang mengherankan sekaligus
mengagumkan adalah Andre Agassi. Dari grafik, terlihat bahwa Andre Agassi
mencapai puncak prestasinya pada usia 25 tahun, kemudian ia mengalami
kemunduran TETAPI ia bisa kembali ke puncak prestasi pada usia 29 tahun dan
33 tahun!!
Sesuatu yang langka terjadi pada Andre. Ia pernah mengalami kemerosotan
tetapi ia berhasil bangkit dari keterpurukan dan berjaya kembali.
Berita lain yang masih hangat adalah dari dunia tinju ketika Barrera
mengalahkan Morales. Di Kompas beritanya berbunyi "Petinju Meksiko, Marco
Antonio Barrera, sempat mengalami sindrom rendah diri setelah kalah TKO dari
petinju Filipina, Manny Pacquiao, 15 November 2003. Namun, Sabtu (27/11) di
Las Vegas, harga dirinya kembali tegak setelah unggul pada pertandingan ketiga
(dalam tiga kelas berbeda) melawan musuh abadinya, juara dunia kelas bulu
super versi WBC, Erik Morales, dengan angka mayoritas". Sama seperti Andre,
Barrera berhasil bangkit dari keterpurukan untuk menjadi juara lagi.
Bagaimana Andre dan Barrera bisa bangkit dari kekalahan untuk menjadi
seorang juara kembali? Saya tidak tahu apa yang dilakukan oleh Barrera, tetapi
untuk Andre saya tahu karena ia dilatih oleh Anthony Robbins, seorang pakar
kesuksesan di dunia. Anthony menjelaskan bahwa otak kita merekam setiap
kejadian yang terjadi pada diri kita. Jika kita bisa menghidupkan kembali apa
yang terjadi pada waktu kita menjadi juara (baik apa yang terjadi di otak
maupun gerakan apa yang kita lakukan), maka kita akan berada kondisi yang
sama pada saat kita menjadi juara.
Anda mungkin bingung dengan apa yang baru saja saya jelaskan. Baik, saya
akan memberikan contoh lain yang merupakan kasus nyata. Belum lama ini saya
membantu seorang teman yang menderita Disfungsi Ereksi (DE). Sebelum
membantu, saya melakukan dialog dengan beliau untuk menggali latar
belakangnya. Ternyata masalah ini baru-baru saja ia dapatkan, sebelumnya hal
ini tidak pernah terjadi pada dirinya. Ia mengatakan bahwa sebelum DE terjadi,
ia ingat terakhir melakukan hubungan suami istri, ia mengalami sakit pada
kelaminnya dan sejak itu ia mengalami DE jika hendak berhubungan.
Berdasarkan informasi itu saya mengajarkan beliau melakukan mind
programming. Salah satu yang ia harus lakukan dalam mind programming adalah
membayangkan suatu momen hubungan suami istri yang paling menggairahkan
bagi dia, dan itu harus terus diulang di benaknya sampai ia mempercayai apa
yang ia bayangkan. Mau tahu hasilnya? Berikut adalah email dari beliau :
"Pak Norman, terima kasih atas teknik Mind Programming yang Bapak ajarkan.
Hanya dalam waktu 1 minggu setelah menjalaninya setiap malam selama 10
menit, sudah ada hasil walaupun belum kembali normal. Tetapi setelah 2 minggu
melakukan Mind Programming, saya sudah kembali normal. Sekarang saya akan
melakukan teknik ini untuk tujuan- tujuan hidup saya, doakan semoga berhasil"
– Pak J di Jakarta.

Popular Posts