Kamis, 23 Juni 2011

Average High VS Pemerataan

Average High adalah sebutan untuk kelompok kecil orang dengan kemampuan diatas rata-rata anggota kelompok yang lain. dulu waktu sekolah, ada pengaturan yang dibuat oleh guru-guru baik SMP maupun SMA, bahwa siswa kelas 2-1 biasanya adalah kelompok siswa dengan kemampuan akademik rata-rata diatas prestasi akademik siswa kelas 2 yang lain.begitupun ketika di SMA, ketika naik kelas dua, siswa yang duduk di kelas Fisika biasanya memiliki prestasi akademik rata-rata diatas siswa kelas yang lain, demikian juga kelas Budaya adalah kelas siswa yang kemampuan akademiknya terutama matematika berada dibawah rata-rata.
Pemerataan adalah upaya untuk menyamakan hasil yang diperoleh ataupun beban kerja sehingga rata di tanggung atau diterima oleh semua anggota kelompok. Dalam prakteknya ide pemerataan di sambut baik oleh semua anggota kelompok oleh karena itu berarti tidak akan ada anggota yang lebih capek dari yang lain, atau tidak akan ada orang yang menerima lebih sedikit dari yang lain. pada kasus ini pemerataan menemukan bentuk yang ideal.
Ide pemerataan menjadi krusial ketika dalam sebuah kelompok yang dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok dengan spesialisasi berbeda, coba diratakan hasilnya dengan mengorbankan spesialisasi setiap kelompok. yang terjadi adalah kerancuan dan ketidak fokusan dari peaksanaaan tugas yang sudah terspesialisasi oleh masing-masing kelompok. Ide pemerataan secara materi mungkin menemukan bentuk yang sama tetapi secara ideal, spesialisasi dihancurkan atas nama pemerataan. Atas nama pemerataan diatas itu pula menjadi lebih kacau lagi ketika dipilih orang-orang dari beberapa kelompok untuk melakukan pekerjaan yang sudah mereka kerjakan dengan judul yang berbeda, dan kemudian kelompok ini disebut sebagai average high, sementara ada anggota kelompok di sebuah kelompok spesialisasi yang belum mengerjakan pekerjaan sama, padahal itu menjadi tugas pokok dan fungsinya, apakah mereka ini termasuk kelompok under average sebagai kelas budaya di SMA?
satu model bisa cukup bagi seseorang, tetapi 6 model bisa sangat tidak cukup bagi orang tertentu. Maka makna pemerataan ataupun average high dimanakah berada?
salam pemerataan ......:)

Selasa, 21 Juni 2011

Ortek Verifikator Makassar

Baru-baru ini, Direktorat binsuskel ditjen Paudni kemdiknas, menyelenggarakan Orientasi Teknis Verifikator Penilaian Kinerja Lembaga Kursus dan Pelatihan di Makassar. Berlangsung selama 4 hari dari tanggal 16 juni sd 19 juni 2011. Ortek kali ini diikuti oleh 16 orang peserta yang terdiri dari 14 orang calon verifikator dari BPPNFI Reg. V Makassar, serta 2 orang calon verifikator dari BPPNFI Reg. VIII Jayapura. 10 dari 14 orang calon verifikator dari makassar merupakan peserta baru yang belum pernah melakukan verifikasi lembaga sejak kegiatan ini dilaksanakan 2 tahun lalu yaitu tahun 2009 dan tahun 2010.
Direktur pembinaan kursus dan pelatihan, Kemdiknas, Dr. Wartanto dalam sambutan pembukaan orteknya mmenyatakan kepada kami bahwa ortek dilaksanakan untuk memberi bekal kepada calon verifikator bagaimana melaksanakan tugas memvisitasi lembaga, verifikator harus cermat dan teliti dalam bertugas sebab akan sangat berpengaruh terhadap kualitas penilaian kinerja serta keberlangsungan penilaian kinerja itu sendiri. Tahun 2009 verifikasi dilaksanakan dengan tanpa riak-riak dilapangan, namun tahun 2010 sudah muncul berbagai trik yang dilakukan LKP dalam mendongkrak hasil penilaian kinerja lembaganya, oleh karena itu di tahun 2011, verifikator harus lebih teliti, lebih cermat lagi dalam melaksanakan tugas, dan yang terutama adalah sikap moral verifikator selama menjalankan tugas. selama prinsip-prinsip etik dipegang teguh oleh verifikator maka tugas akan terlaksana dengan sebaik-baiknya.
Ortek verifikator dilaksanakan untuk menjamin kompetensi verifikator dalam melaksanakan tugas. Kompetensi dibangun atas tiga pilar yaitu knowledge, skill dan attitude. Knowledge atau pengetahuan adalah segala ilmu yang diperlukan bagi verifikator dalamm melaksanakan tugas, pemahaman terhadap mekanisme penilaia, pengetahuan tentang tata cara penilaian, pengetahun tentang lembaga kursus, serta pengetahuan lain yang relevan. Skill berarti ketrampilan dalam melaksanakan verifikasi di lapangan, kemampuan menulis laporan, kemampuan menggali data, kemampuan memotret kinerja lembaga untuk memeperoleh gambaran yang obyektif terhadap lembaga. attitude berarti sikap mental verifikator dalam bekerja, termasuk didalamnya untuk tidak menerima sesuatu apapun yang dapat diduga akan mempengaruhi penilaian kinerja terhadap lembaga. oleh karena verifikator telah dibekali dan dibiayai oleh negara baik tiket perjalanan, uang harian maupun akomodasi semuanya telah terbiayai dalam anggrana negara, maka verifikator tidak boleh lagi menerima apapun baik tanpa diminta apalagi dengan meminta. sikap lurus verifikator harus terjaga dengan baik untuk menjamin objektifitas penilaian.
Menyadari akan adanya dinamika dalam penentuan calon verifikator BPPNFI Reg. V bagi kami sendiri
adalah bahwa sebagai pamong belajar yang berkonsentrasi dalam pengkajian dan pengembangan model kursus dan pelatihan tentu sangat tepat jika yang bertugas dalam verifikasi PK-LKP ini adalah pamong belajar pada pokja LKP. Prioritas penentuan calon verifikator dari pokja PKP adalah wajar dan tepat, demikian pula sebaliknya menjadi tidak wajar jika pamong pokja PKP tidak banyak terlibat dalam penilaian kinerja PK-LKP ini. Hal ini terbukti selama 2 tahun lewat pelaksanaan PK-LKP, pamong Pokja PKP tidak memperoleh pemahaman yang cukup akan peta kinerja LKP yang menjadi wilayah kajiannya. Proses yang transparan hendaknya menjadi sikap mental kita semua dalam mendukung pelaksanaan tugas terutama menyukseskan program kerja direktorat kursus dan pelatihan dimana pamong belajar di balai sebagai ujung tombak dan perisai bagi kesuksesan program.
Selamat kepada teman-teman peserta Ortek, semoga anda semua lulus dalam Ortek ini dan dapat melaksanakan tugas sebagai verifikasi PK-LKP 2011. Jayalah pendidikan non formal, jayalah kursus indonesia.

Popular Posts