Selasa, 30 Desember 2008

Namanya Pak DFS

Sengaja saya pakai Inisial, saya tidak ingin tulisan ini akan mengganggu Beliau, tetapi saya juga ingin bercerita tentang sesuatu hal dari beliau yang tidak ada pada orang lain.
Beliau adalah orang Ciamis, menurut penuturannya. datang ke kota Bandung setelah tamat SMA bersama 2 temannya. beliau juara 1, EM juara 2 dan NS juara 3. tetapi perjalanan berikutnya ketika telah sama-sama dosen justru NS duluan Professor, baru EM dan terakhir insya Allah beliau juga akan Professor setahun sebelum pensiun.
sebagai mahasiswa beliau masuk pada tahun 1964, dimana setahun kemudian aktivis mahasiswa menguasai kampus sebagai buntut gerakan anti Komunis. waktu itu mahasiswa benar-benar berkuasa bahkan sampai mengabsen para dosen. dosen yang terlibat dengan sendirinya akan menghindar dan kemudian hilang dari peredaran.
sebagai mahasiswa beliau tidak masuk kelompok kiri tetapi juga tidak ikut-ikut kelompok kanan. beliau orang netral. bukan tidak punya pendirian tetapi karena beliau takut dengan kondisi yang tidak beliau ketahui mau kemana ujung keadaan itu.
sikap beliau ini ternyata berdampak dalam perjalanan karis beliau, ketika diadakan pemilihan dekan di lingkup fakultas beliau, mayoritas peserta memilih beliau sebagai dekan, tetapi keputusan Rektor kemudian ternyata mengangkat nomor 3 sebagai Dekan, dan bukan beliau.
ketika beliau menanyakan keputusan tersebut, ternyata jawabannya adalah karena beliau tidak masuk dalam peta. jadi mereka yang dulu aktivis dalam pergerakan awal orba itulah yang kemudian masuk peta untuk kemudian diangkat dalam posisi strategis.
Rumah beliau.
Kami awalnya datang ke rumah beliau, sebagai mahasiswa pasca yang akan meminta bimbingan tesis. beliau menyambut kami di rumahnya layaknya teman, dan bukan sebagai mahasiswa. bahkan karena istri beliau lagi keluar dan beliau tidak mempekerjakan pembantu, beliau sendiri yang membuatkan kami kopi, mengantarkannya dan kemudian kami minum sama-sama.
hal yang membuat saya kagum dalam hati akan kerendahan hati beliau. biasanya dalam cerita-cerita mahasiswa, mengalami kesulitan bertemu dengan dosen pembimbing, ketemupun kita sudah akan dibantai dengan koreksi kritis yang menelanjangi kebodohan kami. tapi tidak. beliau menyambut kami, menjamu kami, berdiskusi dengan kami, bercerita ttg pengalaman beliau dan tidak menggurui, seolah kami ini temannya.
Sebenarnya bukan saya yang bimbingannya, teman saya. tapi seolah saya yang menikmati kemudahan ini. tidak perlu bolak-balik lagi. yang kalau kembali belum tentu langsung ditanda-tangani. ini sekali maju langsung ACC.

Selasa, 23 Desember 2008

Namanya Siti Humairah







Ya itulah nama anakku.

Nama itu muncul sebelumnya dengan tulisan Siti Khumaerah, sebutan yang menurutku tepat, enak disebutkan dan terasa ada gregetnya. Tapi ternyata, setelah kutuliskan dalam formulir askes, Mami bilang kalau tidak ada huruf 'e' dalam tulisan arab. jadi mestinya Siti Khumairah. persoalan berikutnya yang masih samar adalah apakah kh atau H. Kak Caad yang kutelepon tanyakan ejaan yang benar belum sempat memberikan jawaban dan tidak sempat aku telepon balik. Namun pada hari ke-7 ketika Ia di Aqiqah, Uztadzah yang mendoakannya menuliskan namanya diatas kertas dengan tulisan arab menggunakan huruf Ha dan bukan Kha. Jadi namanya menjadi Siti Humairah.

Nama itu muncul ketika pada hari Senin, Mami memijat Airah sebelum dimandikan, kulihat muka Airah memerah, bahkan sekujur tubuhnya yang dipijat juga merah. maka terlintaslah dengan spontan nama Humairah itu dalam pikiranku, dan langsung memanggilnya dengan Humairah.

Humairah adalah panggilan cinta Rasulullah SAW kepada istrinya. Rasulullah memanggil istrinya dengan pujian, dengan kata Ya Humairah, oleh karena istri yang mencintainya itu selalu pipinya kemerahan jika berhadapan dengan Rasulullah. Ya, ia lahir karena cinta, dan dengan cinta itulah ia Insya Allah akan dibesarkan.

Nama Siti adalah pilihan Mami, Jika laki-laki maka beri nama Muhammad dan jika perempuan maka beri nama Siti. Siti dan bukan Sitti. Aku sempat bercanda dengannnya dengan menyebut Sitti, dan ia segera membantahnya "Siti, bukan Sitti", demikian sanggahnya. aku bilang "kenapakah kalau Sitti? dia kan orang Bugis, bukan orang Jawa. kalau orang Bugis itu dipanggilnya dengan Sitti". tapi ia membantahnya lagi "bukan begitu, ia orang Indonesia, jadi pakai Siti" aku ketawa dalam hati dan tidak ingin membantahnya lagi.

Jauh sebelum ia lahir, Mami sudah merencanakan sebuah nama untuk anaknya, ketika hasil USG menunjukkan kalau ia kayaknya perempuan, Ia sebutkan nama Siti Masyita. Masyita adalah seorang hamba Allah yang sangat taat kepada Allah. aku setuju dengan itu. Mami kemudian sempat menyebut nama lain seperti Zurraidah, tapi itupun tidak jadi. mungkin karena melihat respon saya yang kurang antusias. meskipun aku mengatakan kalau aku serahkan kepada dia untuk memberi nama putrinya. dalam kondisi ketidak pastian untuk nama anakku itu, aku sempat menyebutkan nama Siti Fatimah, tapi giliran ia yang kurang antusias, barangkali karena ada tantenya yang bernama begitu juga ada temannya bernama sama. kayaknya seperti yang saya rasakan juga nama Masyita adalah nama seorang saya kenal pula.

Tapi ketika aku menyebutkan nama Siti Khumaerah, yang spontan keluar dari mulutku ketika aku menyaksikan ia memijat Airah. ia nampak setuju. Anakku yang kutanya apakah ia setuju dengan nama itu untuknya, ia diam, berarti ia setuju juga. Nama itulah yang kemudian jadi setelah ada perbaikan.

Nama panggilan Airah adalah pilihan Mami. banyak yang bisa muncul dari nama itu, bisa Rara, Uma atau yang lain, tapi Mami menyebut Airah, dan saya setuju. Sama-sama di mulai dengan huruf A seperti nama panggilan kakaknya Adid. Adid dan Airah dua anakku kini.

Dalam hari-hari berikutnya, aku jadi teringat dengan orang-orang yang saya kenal dengan nama mirip itu. apakah nama mereka juga asalnya dari kata Humairah itu juga? saya tidak tahu. Hamriah adalah nama temanku ketika kuliah D3 dulu. ia adalah sahabatku. bahkan hingga selesai, meskipun lama aku tidak pernah ketemu lagi. tapi 3 minggu lalu ia sempat menghubungiku, ia bicara lama denganku. cerita panjang lebar. tentang posisinya sekarang. tentang teman-teman kuliah dulu yang sering ke rumahnya. rumahnya adalah tempat kumpul teman-teman. aku bilang salamku kepada teman2. Humriah adalah nama guruku di SMP dulu, beliau guru geografi yang ketika awal belajar saya selalu dapat nilai rendah, memukul batin saya kenapa bisa dapat nilai rendah. karena itu aku belajar keras dan kemudian mengubah nilaiku menjadi tinggi. sayang beliau kemudian pindah ke Makassar dan kami kehilangan beliau. Bahkan sampai sekarang aku belum pernah ketemu beliau.

Tapi tidak nama Humairah. tidak ada yang saya kenal dengan Nama Humairah. Tidak seperti Masyita, Fatimah dan Zuraidah. nama semua itu bagus tapi bukan nama anakku.

Kini, ketika umurnya baru 10 hari, aku harus meninggalkannya. tidak seperti kakaknya yang kutinggalkan pertama kali ketika umurnya sudah 4 bulan untuk 4-7 hari. Airah kutinggalkan untuk mungkin 1 bulan kedepan. Kutinggalkan mereka bertiga di Makassar bersama Kakek dan Neneknya. Aku harus pergi untuk menyelesaikan yang tertunda. aku harus pergi untuk menuntaskan kuliah. berharap dapat menyelesaikan semuanya dalam satu bulan ini, mungkinkah? mohon doanya semua

Kamis, 18 Desember 2008

Kelahiran Airah


Airah ......

Jumat 12 Desember 2008 menjadi hari bersejarah bagiku, bagi keluargaku.
telah lahir dengan selamat Anakku yang kedua seorang putri yang subhanallah Manis dan Cantik
barangkali setiap orang tua akan berkata demikian terhadap anaknya. yang pasti membahagiakan kami berdua dan keluarga

Airah, lahir jam 6.43 pagi. ini lebih cepat dari yang kami sangka. lebih lagi lahir normal tidak lewat jendela. doa kami terkabul, keinginan kami terpenuhi. usaha kami sampai.

sejak kehamilan kedua ini, kami terus mencari informasi dan berusaha agar bisa melahirkan normal, meskipun dari buku "petunjuk medis bagi ibu hamil" menyatakan bahwa jika partus pertama dengan cara sectio maka berikutnyapun akan begitu. Mama juga mengatakan hal senada. tapi kami tidak putus asa, tetap ada kemungkinan untuk melahirkan normal.

sebuah tayangan TV di menampilkan acara tentang melahirkan tanpa rasa sakit dengan hypnobirthing. topik ini menarik karena sudah pasti melahirkan itu sakit, bahkan sangat sakit. apakah bisa melahirkan tanpa rasa sakit?. akhirnya siangnya saya meluncur ke toko buku mencari buku tersebut, saya perkirakan harganya seratusan, tpi saya tidak peduli, dibandingkan dengan sakitnya melahirkan tentu tidak seberapa. aku mendapatkannya, harganya 35.000. aku bersyukur bukan cuma telah mendapatkannya tapi juga harganya yang tidak mahal.

Ketika pulang kembali makassar, dengan segera buku tersebut aku berikan, berikut petunjuk relaksasinya yang dari CD, aku copykan ke MP4. dengan demikian, mami bisa membacanya dan dapat mendengarkan petunjuk relaksasinya dengan mudah. di dalam MP4 tersebut selain bimbingan relaksasi, juga ada tartil Jus Amma, Asmaul Husna dari ESQ, lagu Islami dan lainnya. Mami punya banyak pilihan mendengarkan lagu. yang paling dirasakan Mami untuk menenangkan diri adalah Asmaul Husna. Ia benar-benar merasakan manfaatnya, bagaimana terhubung dengan Allah SWT secara langsung.

Aku melihat perjuangan Mami melahirkan begitu berat. begitu beratnya hingga ia sempat minta di operasi saja, begitu gak tahannya dengan rasa sakit itu. tapi ternyata itu dipicu oleh dokter jaga di rs. sejak jam 00.00 Mami sudah merasakan sakit selama 1 menit dan jeda 6 menit. ketika sampai di RS sekitar jam 1, bidan yang memeriksanya katanya sudah pembukaan 3. jam 2 saya tinggalkan Dia di ruang bersalin dan pergi tidur sesuai perintahnya. Jam 4, saya dibangunkan oleh seorang penunggu, yang dimintai tolong oleh Mami di ruang bersalin. Saya yang tengah tidur di ruang tunggu lantai 2, segera menuju ruang bersalin. saya lihat Mami sudah sangat kesakitan. Ia minta saya agar ia dioperasi. saat aku menghadap ke petugas jaga, petugas katakan bahwa sayang jika akan dioperasi soalnya kemajuan persalinannya sangat bagus, apalagi untuk operasi bukan cuma 1 dokter tapi tim dokter, dari berbagai keahlian dan mengumpulkannya lama. Aku kembali ke Mami dan mengatakan dengan sedikit berbohong bahwa sedang dipersiapkan permintaannya.

Mengapa Mami minta operasi? dokter jaga yang memeriksanya sebelumnya mengatakan bahwa kemajuannya baru naik 1, padahal dengan selang waktu yang sudah 3 jam harusnya sudah lebih dari itu, Mami sudah sangat kesakitan. karena kemajuan pembukaan untuk anak kedua selang 1 jam, ini beda untuk anak pertama yangs selang 2 jam-an. Jadi seharusnya sudah cukup bagus kemajuan persalinannya. oo ternyata itu.
Jam 6 pagi dokter Leni yang sedang ambil spesialis kebidanan melakukan inspeksi, saya yang sedang mendampingi Mami disuruh keluar karena akan diperiksa, tetapi tidak lama saya menunggu di luar kamar bersalin, saya dipanggil masuk. oleh dokter Leny dijelaskan bahwa kondisi Mami sudah lengkap untuk melahirkan Normal. Jadi Ia meminta pendapat saya, dan tentu saja saya segera mengiakan. saya beruntung dapat mendampingi Mami melahirkan, sebelum melahirkan saya cium kening Mami dengan segenap perasaan saya sambil membisikkan agar ia kuat, ia bertahan, ia ikuti petunjuk dokter, bernapas dengan perut, tahan dan keluarkan dengan perlahan, sesuai dengan petunjuk relaksasi.
Dalam 1 jam berikutnya merupakan kejadian yang tak akan terlupakan, detik-detik kelahiran anakku aku saksikan semua. Anakku lahir perempuan dan sehat, ia menangis sesaat setelah lahir. dokter mengatakan kondisi bayi sehat. stelah ari-ari dipotong oleh dokter. Ia kemudian dibawa ke ruang bayi normal untuk dibersihkan oleh perawat. saya yang telah mendapat resep segera meluncur ke apotik untuk membeli benang. Mami masih dengan kondisi lemah mencoba mengatur diri, menenangkan diri setelah perjuangan yang maha berat itu, "melahirkan", dengan cara normal. Saya dan Mami belum sempat memikirkan bahwa ternyata bisa lahir normal.
perasaan saya melambung. tangan saya gemetar. badanku diam tapi bergejolak. didalam dadaku bergemuruh berbagai perasaan. namun aku berusaha mengendalikan diri, bersyukur berkali-kali, tetap fokus dengan apa yang harus aku lakukan.
Segera saya turun ke halaman RS, mengambil motor, keluar ke kiri menuju atm bni, mengambil uang 1 juta dan kembali ke kearah RS pelamonia, di tengah jalan sebelum lampu merah tanpa sadar keluar dari mulutku "kulawanko hujan". saya mengendarai motor hanya dengan baju kaos tanpa baju dalam, di pagi yang hujan gerimis dan dingin yang biasanya tak bisa kuhadapi. pagi itu dengan sombong aku menantang pagi yang gerimis, kulawan segala dingin, kuhadapi semuanya.

Sesaat setelah kuucapkan kata-kata itu, aku segera istighfar, hinggap rasa takut akan Tuhan, betapa aku telah sombong, sekaligus menyadari betapa saya berada dalam kondisi yang super biasa. aku bergegas ke apotik, membeli benang dan sebotol kecil pocari. ketika sampai saya mendapat pujian dari suster, "cepatnya tawwa". pocari yang sudah kuminum sebagian diminta oleh Mami yang melahapnya habis dengan cepat.
Catatan : cerita saya tulis untuk berbagi kepada siapapun yang sempat membaca blog ini, mudah2an dapat diambil hikmah pengalaman kami ini.

Popular Posts