Minggu, 29 Januari 2012

Ramang, tragedi keniraksaraan


Ramang, sebuah nama yang samar, tidak banyak yang mengetahui siapa dia tapi minimal barangkali banyak orang yang pernah mendengar namanya. Ramang adalah pemain sepakbola Indonesia era 50-an. Di jamannya Indonesia mendapat kehormatan sebagai salah satu tim kuat dunia. Salah satu pertandingan fenomenal adalah ketika Indonesia berhasil menahan imbang kosong-kosong tim sepakbola Uni Soviet, tim no. 1 dunia pada saat itu. Pertandingan itupun sebenarnya hampir dimenangkan Indonesia jika saja soviet tidak bermain curang dengan menarik baju Ramang persis sebelum ia menembakkan bolanya ke gawang Uni Soviet.
Sebelum itu, rangkaian pertandingan Indonesia ke berbagai negara Asia di tahun 1954, PSSI hampir menyapu seluruh kesebelasan yang dijumpai dengan kemenangan menyolok. PSSI hanya kebobolan 6 gol, dan berhasil memasukkan gol sebanyak 25 gol, 19 diantaranya lahir di kaki emas Ramang.
Namun, kegemilangan Ramang di lapangan bola berbanding terbalik dengan kehidupan sehari-harinya. Ia pribadi yang rendah hati, ia mengatakan berbagai kemenangan tersebut adalah prestasi tim, ia hanya salah satu dari tim tersebut. Sehari-hari ia hanya bekerja sebagai kernet dan tukang becak, sebelum diangkat sebagai pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum bergaji Rp. 3.500,- perbulan dengan jabatan sebagai opas. Gaji tersebut tidak pernah naik hingga ia berhenti karena kecintaannya bermain bola. Selanjutnya ia hanya hidup dari bonus bermain bola, yang jumlahnya kecil dan tidak menentu , karena pemain bola pada masa itu sangat berbeda dengan pemain bola sekarang yang berkelimpahan rezeky. Tidak ada orang yang bisa hidup nyaman dengan mengandalkan bola. Tidak ada gaji yang besar untuk pemain bola professional waktu itu.
Ramang, berhenti bermain bola pada tahun 1960, ia dikenakan skorsing selama 2 tahun dengan tuduhan menerima suap. Tahun 1962 ketika ia kembali bermain bola, ia tidak lagi secemerlang sebelumnya, dan akhirnya pensiun pada tahun 1968 pada usia 40 tahun.
Berhenti jadi pemain, ia sempat menjadi pelatih bagi Persipal Palu, dan kembali ia mengantar Persipal Palu sebagai salah satu tim yang disegani di Indonesia. Ia juga sempat melatih PSM Makassar, tim yang mengantar namanya ke pentas nasional, namun ia perlahan disingkirkan karena tidak memiliki ijazah kepelatihan.
Ia memang tidak memiliki ijazah kepelatihan, jangankan itu ijazah setara SD pun tak punya. Ia hanya sempat sekolah di Sekolah Rakyat, namun tidak lulus dan tidak mendapat ijazah. Sehingga praktis ia tidak memiliki kompetensi akademik tuk bertahan didunia yang mensyaratkan selembar ijazah bukti kompetensi. Ia pemain bola alami, dibentuk oleh alam, bakat yang turun dari bapaknya, seorang pemain sepak raga kerajaan Gowa. Ia berlatih bola dengan apa saja, dengan bola anyaman rotan, gulungan kain hingga buah jeruk kecil adalah latihannya menendang bola.


Ramang adalah profil manusia buta aksara, jika saja ia hidup sekarang, ia mungkin target utama dalam upaya pemberantasan buta aksara. Tiadanya ijazah menenggelamkan semua peluang yang mungkin diraihnya. Seandainya saja ia punya ijazah kepelatihan, yang bisa dia peroleh karena adanya ijazah pendidikan lengkap dari SD hingga SMU atau bahkan sarjana, ia tentu dapat terus bertahan sebagai pelatih PSM bahkan mungkin pelatih nasional. Dan ia bisa mempertahankan prestasi sepak bola nasional, setidaknya bisa terus menjajal kekuatan sepakbola dunia. Ia pun bisa mendaftar sebagai calon bupati, ataupun calon gubernur, bahkan menjadi anggota dewan, ataupun menjadi presiden. Tetapi tiadanya ijazah membuat ia tenggelam dan hidup miskin hingga akhir hayatnya. Meninggal di rumah kecil bersama anak, menantu dan cucunya berjumlah 19 orang di tahun 1987. Meninggal setelah selama 6 tahun menderita sakit radang paru-paru tanpa mampu berobat ke rumah sakit karena kemiskinannya. Jatuh sakit seusai melatih anak-anak PSM dibawah guyuran hujan.

Sabtu, 28 Januari 2012

Persiapan Diklat 2012

Saya baru saja membaca tulisan pak Fauzy di blognya dan kemudian berpikir tentang tentang kegiatan pelatihan Pamong Belajar yang akan dilakukan di kantor di tahun 2012 ini.
Tahun lalu sudah pernah dilaksanakan kegiatan pelatihan peningkatan kompetensi bagi pamong belajar dengan meruncing pada peningkatan kemampuan penulisan karya tulis. tugas yang disampaikan pada saat itu adalah meminta kepada pamong belajar peserta pelatihan untuk membuat tulisan dengan mengambil tema kegiatan pelaksanaan program yang dilaksanakan di tempatnya masing-masing. Sebagaimana diketahui, pemerintah tiap tahun menyalurkan bantuan sosial pendidikan kecakapan hidup maupun bantuan pendidikan anak usia dini ataupun bantuan pendidikan keaksaraan.
dari sekian banyak program tersebut tentu tersedia banyak data dan informasi yang bisa diangkat menjadi tulisan. hal mana akan berdampak baik bagi tereksposnya kegiatan pendidikan yang dilaksanakan, juga dari tulisan tersebut bisa dijadikan bahan tuk penyusunan angka kredit pamong belajar.
Namun seiring berjalannya waktu, bahkan dengan penundaan pemberian sertifikat pelatihan, tulisan ataupun draft tulisan tersebut tidak juga sampai ke tangan kami. ada juga menyetorkan tulisan tapi ternyata itu adalah laporan kegiatan.
Maka menjadi relevan rasanya, ide yang disampaikan oleh pak Fauzy dalam tulisannya tersebut bisa dijadikan salah satu tema dan bahan ajar tuk pelaksanaan pelatihan tersebut. ada tiga angkatan pelatihan nanti, dimana 2 angkatan adalah pelatihan pamong belajar skb dan 1 angkatan untuk pamong belajar bpkb.
ada banyak hal yang perlu di tingkatkan bagi pamong belajar, selain kemampuan untuk membuat blog dan mengisi blog dengan tulisan-tulisan terkini terkait kegiatan pendidikan yang dilaksanakan, menyebarluasnya penggunaan hp dan smart phone dengan sejumlah kemudahan memutar audio dan video, perekaman audio dan video sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk meningkatakna kualitas pembelajaran. Pamong belajar bisa merekam dan membuat video pembelajaran dari alat yang dibawa kemana-mana tersebut dan menggunakannya untuk memutarkan rekaman pembelajaran tersebut dimana saja ia berada.
Maka ciri pendidikan nonformal yang bisa belajar dimana saja dan kapan saja akan lebih mudah diterapkan dengan menggunakan alat teknologi canggih tersebut dengan mudah dan murah.

Jumat, 27 Januari 2012

sejauh ini.....

Hari ini Adid masuk sekolah lewat pintu Andalas, seperti kemarin. selama dalam perjalanan tadi saya tanya dia mau lewat mana, dan jawabannya adalah lewat pintu andalas. dan sebelum menaiki tangga yang tinggi tersebut ia sebelumnya mengkonfirmasi saya dengan bertanya "Papi, naik tangga itu sehat di'?" saya jawab ia, berolahraga itu sehat. sesampai diatas di lorong menuju ruang kelas kembali ia bertanya"Papi tidak capek?" saya bilang tidak, kalo kita? dia bilang "kalo saya capek"saya liat dia ngos-ngosan setelah menaiki tangga sekolah tadi, ingusnya tambah sering keluar masuk, dan saya memberinya sapu tangan saya untuk dia lap ingusnya. setelah selesai ia mengkonfirmasi lagi "Papi, itu nanti terserap to? kalo lama-lama jadi hilang" ia katakan sambil menyerahkan sapu tangan saya yang sudah berlepotan dengan ingusnya, hasil dari menaiki tangga sekolah tadi.
Saya mengantar dia hingga ke dalam di teras toko athirah. Oleh karena satu bukunya belum ada, dan belum sempat saya ambilkan, padahal sudah lama gurunya mengkonfirmasi bahwa buku matematics 1b sudah ada di toko athirah, dan harganya 50.000. Beberapa hari lalu saya coba cari di toko buku dan saya dapat buku matematika 1b di monginsidi dan harganya 45.000 tapi karena ragu apakah itu memang bukunya sy konfirmasi ke ibunya dan ternyata bukan, judul bukunya adalah mathematics 1b. Kemarin sore saya singgah di toko erlangga dan menanyakan buku tersebut, erlangga mengatakan barangnya kosong, saya tanya harganya dan setelah petugas erlangga mengecek di komputer harganya 49.000. dan oleh karena hari ini belajar mathematics dan toko athirah buka jam 9 nanti, maka uang tuk beli buku tersebut saya berikan ke dia, juga uang buat jalan-jalan nantinya yang akan disetor pada gurunya. saya pesankan ke dia tuk bilang sama gurunya bahwa ada uang buat beli buku pada dia.
Sejauh ini, ada perkembangan soal hiruk-pikuk yang terjadi belakangan ini, pintu fatimah tadi pagi sudah dibuka dan anak-anak keluar masuk, tak satupun guru saya liat berjaga di pintu tersebut, sementara sejumlah guru justru banyak berjaga di jalur masuk pintu andalas, 2 orang dekat piket, 2 orang di tangga paling atas dan 2 lagi tingkat tengah tangga. Setiap anak yang datang harus menyalami satu persatu guru tersebut, dan guru tampak asyik bercanda dengan sesamanya dan disaat yang sama dengan penuh selidik mengamati setiap siswa yang datang.
Terjadi diskusi kecil dengan beberapa orang tua siswa yang saya temui, di depan pintu fatimah. beberapa orang tua menyebut pak direktur yang katanya lebih open minded, berbeda dengan kepala sekolah. beberapa hal yang dibicarakan adalah bahayanya pintu andalas, yang lantainya dari batu dan bukan tegel dimana saat pulang sekolah anak-anak biasanya berlarian dan saling dorong. Jika tidak ada yang mengawasi akan sangat berbahaya bagi anak-anak yang berdiri diatas tangga. konon tahun lalu sudah ada siswa yang pecah kepalanya karena jatuh di tangga tersebut. juga orang tua yang menyebut athirah sebagai sekolah mahal, tetapi fasilitas dan pembelajaran sama saja dengan sd inpres. Tentang les-les di sekolah serta bimbingan belajar. Jika anak-anak harus mengikuti les lagi lalu saat belajar memangnya bikin apa? atau itu berarti gurunya yang tidak bisa mengajar? semester lalu adid juga ikut les di sekolah, 4 kali dalam seminggu, dimana 2 mata pelajaran adalah pelajaran tambahan yang disediakan sekolah dan 2 lagi berbayar 50.000/bulan. waktu belajar setelah istirahat siang sehingga yang tadinya pulang sekolah jam 12.10 maka jika ikut less pulangnya jam 13 siang. Tapi semester ini berhenti. jika semester lalu nilai rapor adid masih diatas 80-an saya tidak tahu apakah masih akan seperti itu. jika saja sd athirah sama dengan beberapa sd inpress, maka siswa yang tidak ikut less yang dibina oleh gurunya, bagaimanapun pintarnya tidak memperoleh nilai bagus. ah mudah-mudahan tidak. ini kan sekolah Islam, tidak mungkin lah ada tipu-tipuan seperti itu.
Satu hal lagi yang dibicarakan orang tua tadi adalah mengenai tanggapan bapak direktur yang open minded tersebut, yang membuka diri untuk saran-saran dari orang tua murid, atau tokoh pendidik atau bahkan tokoh masyarakat untuk memberikan sumbangsih pemikirannya tuk kemajuan Athirah. ya, saran dan pemikiran serta ide-ide tuk kemajuan athirah, bagi kami sendiri sebetulnya sih tidah peduli apakah athirah maju atau tidak, yang penting adalah kemajuan belajar dan peningkatan kemampuan dari anak-anak kami yang sekolah di athirah, jadi seharusnya fokusnya adalah kemajuan siswa. Akan sangat berbeda jika fokusnya adalah kemajuan athirah, sebab bisa jadi Athirahnya hebat tapi didalamnya adalah siswa-siswa yang terdoktrinasi dengan keunggulan Athirah tapi tidak mampu memperlihatkan keunggulan dirinya. inipun sebuah pemikiran.
Membicarakan mengenai seperti apa pendidikan yang benar juga sebetulnya menjadi sangat luas pemikiran serta saran yang harus diberikan. membedakan mana pendidikan islam dan bukan saja sekarang susah di bedakan. kita bisa menyebut athirah sebagai sekolah Islam tapi apakah model pendidikan yang diterapkan di sekolah ini adalah model pendidikan Islam? apakah cara mendidik anak-anak pada jaman Nabi sama diterapkan di Athirah, guru-gurunya, murid-muridnya serta cara belajarnya. atau samakah dengan sekolah yang ada pada jaman kekhalifahan Islam yang berhasil melahirkan intelektual semacam Alkhawarizmi, asal muasal kata algoritma, jantung ilmu komputer, atau penemu awal mesin-mesin canggih yang cerdas abu Musa, atau Ibnu Sina, dokter bedah pertama disaat Inggris masih kental ilmu kleniknya, atau ilmuwan hebat lainnya yang kemudian diteruskan di dunia barat sehingga menjadi cikal bakal ilmu modern. dan versi sekolah yang diciptakan barat tersebutlah yang di copy paste ke sekolah di Indonesia.... ahhh terlalu jauh...
Model pendidikan sekolah yang di akui pemerintah ini sama atau turunan model pendidikan yang dijalankan sejak belanda berkuasa di tanah air. model ini juga sama dihampir semua negara di barat dan Amerika. Kiblat kita dalam mendirikan sekolah, dalam mengelola cara belajar adalah Amerika dan Barat. meskipun kita tetap menyebut sekolah model barat tersebut dengan sekolah Islam. Alhasil, Islam lebih diajarkan sebagai ilmu dengan penguasaan simbol-simbol keislaman, tetapi pengamalan nilai-nilai Islam itu menjadi tanda tanya. Alhasil Athirah sepertinya sama saja dengan SD Inpres, kecuali karena ada kata Islamnya dan kecuali berbeda jumlah pembayarannya, dan kecuali yang lain yang menyimbolkan adanya kemajuan Athirah. Inipun sebuah pemikiran.
Sejauh ini saya masih belum mengenal banyak tentang Athirah, Saya belum mengenal banyak guru-gurunya, seperti apakah guru-guru athirah tersebut. Dengan kepala sekolah saya hanya tau kata-kata yang beliau sampaikan lewat 2 kali sms, dengan direktur saya hanya membaca smsnya yang diforward ke saya dari ibu pengurus BMJ. Padahal mereka ini adalah pengganti kami sebagai orangtua kandung dari anak-anak yang sekolah disini. selama jam sekolah. mereka-mereka inilah yang akan turut membentuk jiwa anak kami, bahkan mungkin mendoktrin anak-anak kami. nilai-nilai apa yang akan ditanamkan mereka kepada anak kami? keteladanan apa yang akan mereka contohkan kepada anak-anak kami? sepertinya sama saja jika menyekolahkan anak kami ke sd inpres, kita sepenuhnya menyerahkan anak kami tuk dididik di sekolah, apapun yang terjadi disekolah, di rumah mungkin kita akan bertengkar dengan anak-anak karena adanya perbedaan apa yang kita yakini dengan apa yang diajarkan atau diterima anak-anak disekolah. saya tentu berharap sekolah ini dengan nama Islam yang disandanganya tentu akan mengajarkan nilai-nilai keislaman, bukan sekedar mengajarkan simbol, tetapi memberi contoh penerapan nilai-nilai islam tersebut. tapi apakah memang begitu?
Sejauh ini saya masih berharap, anak kami sekolah yang baik, disekolah yang baik, oleh guru yang baik sehingga hasilnya nanti juga baik.
Adapun beberapa letupan-letupan, ungkapan-ungkapan serta kata-kata yang terlanjur tertoreh dibeberapa tulisan sebelumnya, sejauh ini memukul balik perasaan saya, mencari cara melegakan perasaan, meminta maaf atas semua yang muncul tersebut, meski tak ada niat sama sekali untuk menjatuhkan, merendahkan ataupun semacamnya. muncul begitu saja. meledak begitu saja. awalnya saya kagum, tetapi kontradiksi antara nama dan kenyataan itulah yang memicu semua letupan tersebut.
Sejauh ini saya masih terus belajar mengendalikan diri.

Kamis, 26 Januari 2012

Pintu Masuk

Minggu-minggu ini saya banyak memikirkan tentang pintu masuk. Sejak akhir desember lalu ketika hari terakhir sekolah anak saya, ketika selesai pembagian rapor, pintu masuk yang selama ini nyaman kami lalui masuk dan keluar, tiba-tiba di gembok tidak bisa lewat. Untung masih ada pintu lain di dekatnya yang meski harus turun baru mendaki lagi, tetap bisa kembali ke kendaraan yang terparkir di luar pintu masuk. Beredar kabar kalau penggembokan itu disebabkan perintah dari seorang nyonya besar yang marah karena pintu masuk keluarnya terhalang oleh mobil orang tua siswa. Oleh karena si nyonya besar tercantum namanya dalam kepengurusan yayasan maka sinyonya besar, dengan otoritasnya, dengan powernya itulah sehingga mampu melangkahi dan mendahului pihak sekolah dalam membuat dan menerapkan aturan.
Hari berlalu, tahun berganti, dan mulailah kembali hari sekolah. Persoalan yang muncul di tahun sebelumnya soal pintu masuk ternyata berlanjut hingga tahun berikutnya. Pintu tetap dikunci sehingga yang terjadi adalah kreatifitas dari siswa dan orang tua siswa untuk tetap masuk lewat arah yang sama meski harus menyelinap lewat pagar yang bolong, atau diatas pagar atau berkeliling dulu layaknya petualang. Bagi orang tua yang menyerah terpaksa lewat pintu utama dan harus menyerah lagi karena tidak bisa menaiki tangga yang curam dan licin dan berbahaya bagi yang menderita sakit jantung, tepat seperti cerita bu Guru, barangkali orang tua siswa tersebut dahulunya malas naik tangga sehingga sekarang sakit jantung.
Sejak pertama kali mengenal sekolah ini, harapan yang begitu besar begitu membuncah dalam dada saya untuk bertekad menyekolahkan anak saya di sekolah ini, yang tampak teduh, adem, mewah, ramah dan terutama ISLAM. Sehingga di luar perkiraan dari teman-teman saya menyekolahkan anak saya di sini, sekolah yang bermutu ini, sekolah yang bergengsi dengan sejumlah prestasi, juga status sekolah sebagai satu-satunya rintisan sekolah bertaraf internasional di wilayah makassar, bahkan mungkin sulawesi setahu saya.
Sejak pertama saya tahunya pintu masuk sekolah hanyalah satu dan satu-satunya yaitu pintu utama. Berjalan waktu saya akhirnya menemukan satu demi satu pintu masuk yang bisa dilalui. Pertama saya menemukan pintu masuk belakang lewat asrama siswa dan berhenti dilapangan bola, kemudian saya menemukan pintu lainnya melalui perumahan baru dan ternyata masuk lewat pintu utama, kemudian ternyata ada pintu masuk lain lagi yaitu melalui samping masjid, dan terakhir saya menemukan lagi pintu lainnya yaitu lewat pintu LEC.
Semua pintu-pintu tersebut seolah menegaskan sekolah ini seperti penggambaran surga yang memiliki banyak pintu masuk, sehingga setiap orang beriman sesuai kadar amalnya akan memasuki surga lewat pintu-pintu yang disediakan atau sekehendaknya sesuai timbangan amalnya.
Sekolah memang seharusnya seperti surga, surga bagi anak-anak menemukan pengajaran, menemukan keteladanan dan contoh tentang hal-hal baik agar hal-hal baik tersebut terpatri dalam karakter anak sehingga kelak menjadi orang yang berpengetahuan luas serta memiliki karakter pribadi yang baik sesuai syariah.
Jangankan sekolah, pasar saja harusnya seperti masjid, suatu ketika Rasulullah SAW berkeliling Madinah mengunjungi pasar-pasar di kota Madinah, ada pasar orang Yahudi dan kemudian Rasul mengatakan pahwa pasar kita bukan yang begini. Ada pasar orang Nasrani dan Rasul kemudian mengatakan lagi bahwa pasar kita bukan begini, kemudian Rasulullah membuat pasar baru dan mengatakan bahwa inilah pasar kita. Pasar dimana tidak ada kecurangan, pasar dimana setiap penjual dengan jujur harus menyampaikan cacat barang yang dijualnya jika ada, pasar dimana siapapun bisa menempati lokasi manapun didalam pasar dan tidak dikapling-kapling orang tertentu.
ah... pasar yang demikian hanya ada di jaman Nabi, yang sekarang ada hanyalah nama-nama yang bernuansa islam, simbol-simbol yang dikukuhkan sebagai simbol islam, tetapi didalam tunggu dulu.
aaahhhhh..... sekolah yang mendidik anak-anak menjadi generasi hebat itu hanya ada di jaman Nabi dan juga dijaman beberapa kekhalifahan. Sekolah yang ada sekarang adalah sekolah model barat, yang turun-temurun di adaptasi terus dan dikawinkan dengan simbol-simbol islam sehingga jadilah sekolah islam model barat. Sekolah yang dengan disiplin mewajibkan siswa-siswanya memiliki buku teks, mewajibkan siswanya membeli buku teks disekolah(?). Padahal Steve Jobs sendiri mengkritik model pendidikan Amerika yang masih menggunakan buku teks, anak-anak harusnya belajar sesuai karakteristik minat dan kemampuannya dan tidak dipecah-pecah dalam struktur kurikulum yang parsial. Teknologi sekarang memungkinkan semua itu berjalan.... tapi.... tunggu dulu... itu butuh biaya besar, tidak akan cukup biaya bulanan yang hanya sebesar 500rb peranak perbulan tersebut membayar semua teknologi tersebut....
kembali ke soal pintu masuk...
Tadi malam saya dapat sms, isinya pihak sekolah akan membuka kembali pintu fatimah, sehingga anak-anak yang rumahnya dekat fatimah bisa masuk lewat pintu tersebut, juga yang diantar dengan motor, tetapi ini hanya untuk anak TK dan SD, adapun anak-anak yang diantar dengan mobil harus berhenti di luar portal disamping rumah nyonya besar, tidak lagi masuk hingga ke depan pintu pagar, atau lanjut lewat pintu andalas.
Hari ini saya mengantar anak saya, dan selalu saya tanya dia mau masuk lewat pintu mana? tampaknya doktrinasi guru terhadap anak-anak untuk menyuruh mereka masuk lewat pintu utama berhasil, dia minta lewat pintu utama, kemarin juga dia bilang tuk masuk lewat pintu utama, tetapi karena duluan mendapat pintu asrama, akhirnya masuk lewat pintu asrama, 2 hari lalu rencana masuk pintu utama tetapi karena ternyata betul ada pintu LEC, maka itulah kali pertama masuk lewat LEC. 3 hari ini saya selalu sempatkan datang lihat suasana pintu Fatimah, dan masih saya saksikan pemandangan miris itu, anak-anak yang menyelinap lewat bawah pagar, orang tua yang mengangkat anaknya lewat atas pagar, atau memutar dulu turun ke bawah, melewati tangga turun ke mendawai terus naik di dekat asrama dan kembali melompati pagar kantin seterusnya hingga ke ruang kelas masing-masing.
Inilah sekolah anak saya, sekolah RSBI, bermutu, bergensi dan sejumlah prestasi membanggakan. Inilah sekolah milik yayasan calon presiden idola, yang setiap penampilannya di televisi selalu menimbulkan decak kagum, yang selalu rasional dan sederhana dalam melihat persoalan bangsa ini, yang selalu punya ide-ide besar untuk kemandirian bangsa ini, yang selalu memudahkan segala urusan tanpa mau mempersulit. Saya yakin beliau tidak akan mempersulit anak-anak dengan membatasi pintu mana mau dimasuki, beliau memiliki rasionalitas khas bangsanya, dan bertentangan dengan rasionalitas barat yang banyak ditiru dalam pengelolaan bangsa ini, termasuk sekolah, beliau tidak akan sama dengan si nyonya besar.
Yang masalah sekarang kalau beliau mau lagi mencalonkan diri menjadi presiden..... beliau masuk lewat pintu mana? pintu besar yang sulit karena mendaki, atau pintu Fatimah yang lurus dan landai? ataukah pintu belakang bersama beberapa guru dan pegawai sekolah yang terburu-buru masuk karena sudah terlambat?

Selasa, 24 Januari 2012

Hari ini rapat BMJ

Hari ini Badan Musyawarah Jamiah mengagendakan rapat. Salah satu yang bakal di bahas adalah soal penutupan/penguncian pintu pagar yang selama ini dengan nyaman kami lalui lalu tiba-tiba dengan sewenang-wenang ditutup tanpa pemberitahuan.
Atas berbagai keluhan dari orang tua siswa, dan keprihatinan melihat dampak dari aturan yang tidak jelas dan dzalim tersebut saya atas usul dari banyak orang tua kemudian membuat surat keprihatinan yang ditanda tangani oleh puluhan orang tua siswa dari TK, SD, SMP dan SMA athirah bukit baruga. Isi pernyataan tersebut adalah :
-----------------------------------------------------------------------------------------------
PERNYATAAN KEPRIHATINAN
Dengan ini kami para orang tua murid TK, SD, SMP, SMA Athirah Bukit Baruga menyatakan keprihatinan sebagai berikut :
1. Bahwa sekolah adalah tempat dimana pelajaran moral dan nilai-nilai etika di tanamkan sejak dini sehingga kelak mereka hidup sebagai manusia bermoral dan beretika.
2. Bahwa sekolah bukanlah penjara yang mengunci setiap pintu-pintu masuk untuk memenjarakan anak-anak kami. Pendidikan kedisiplinan hanya berhasil jika didasari oleh keteladanan dan bukan pintu pagar besi yang digembok.
3. Bahwa para Pendidik adalah orang-orang yang seharusnya independen dan bertanggungjawab dalam melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah dan tidak dikendalikan dan menuruti kehendak dari orang-orang tertentu dari siapapun yang tidak diketahui kapabilitas kependidikannya serta kapabilitas moralnya.
4. Bahwa untuk berbagai peristiwa dan kejadian yang tidak mencerminkan nilai-nilai kependidikan dan nilai Islami yang disandang sekolah ini yang terjadi belakangan ini, maka kami memohon pihak sekolah agar segera melakukan tindakan-tindakan perbaikan demi benar-benar terwujudnya sekolah yang benar dan islamis.
Makassar, Januari 2012
Kami para orang Tua yang prihatin:
1. nama & ttd ......75. nama & ttd
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Pernyataan ini sebagai bentuk protes atas kebijakan pihak sekolah atau oknum sekolah yang terintimidasi oleh kepentingan lain di luar sekolah. Penggembokan pintu Masjid dilakukan bukan karena kondisi tidak aman dari luar sekolah tetapi semata-mata karena oknum sekolah menjadi tidak aman posisinya jika tidak menggembok pintu. Apalagi pejabat baru sekolah tersebut tentu ingin lebih lama memegang jabatan.
Tetapi akibatnya adalah saya menyaksikan pemandangan yang miris dari sebuah sekolah yang katanya bermutu dan menyandang nama ISLAM lagi.
Saya jadi bertanya-tanya dan geram dengan keadaan ini, ada siswa SMA yang kebingungan masuk lewat mana akhirnya dia jongkok dan masuk lewat bawah pagar, bukan itu saja ada ibu yang sudah paruh baya juga bersama anak-anaknya terpaksa menyelinap lewat bawah pagar, sementara yang lain naik ke atas pagar dan melintas diatas pintu yang tergembok. Belum lagi cerita tentang orang tua siswa yang sudah tua dengan pasrah dan sedih tidak bisa mengantar anak atau cucunya naik ke atas tangga yang jumlahnya 60 lebih anak tangga. Anak tersebut menangis karena sudah terlambat dan minta diantar, takut akan guru BP yang siap menyentilnya.
Upaya menghalau siswa masuk dan pulang lewat andalas juga dilakukan dengan menempatkan kursi yang berat di lubang bawah pagar sehingga seorang ibu yang rumahnya dekat pintu Fatimah dengan pasrah mengerahkan semua kekuatannya mengangkat kusri tersebut baru kemudian lewat di bawah pagar tersebut, tidak lama kemudian seorang petugas menempatkan kembali kursi tersebut di lubang masuk.
Di dalam ruang kelas upaya mendoktrin siswa juga lebih parah lagi, guru menceritakan tentang teman masa kecilnya yang malas naik tangga akhirnya sekarang sakit jantung. reaksi saya mendengar cerita tersebut langsung berkata BOHONG. Enak saja, saya tentu saja berasumsi bahwa ini bohong, hanya untuk menyuruh anak lewat andalas yang sulit dan tinggi anak saya dibohongi dengan cerita yang tidak jelas. Apa memang sudah tidak ada keteladanan di sekolah ini? ngomong kek baik-baik...
Sebuah sekolah adalah tempat dimana nilai-nilai baik ditanamkan sejak dini, maka guru adalah orang yang mulia karena dia akan menjadi teladan dan pahlawan bagi anak-anak yang butuh pengajaran dan pendidikan. Jika sekolah berubah menjadi sebuah mesin dimana aturan ditegakkan karena sekolah harus punya aturan, siswa-siswa dianggap sebagai nasabah yang tiap bulan harus menyetor uang dan jika tidak maka tidak boleh masuk sekolah? lalu apakah ini sesuai dengan Islam? Islam nampak karena adanya simbol-simbol, melaksanakan shalat, adanya tulisan al-qur'an, nama-nama islam, ucapan-ucapan. Tetapi jika itu semua hanya simbol dan tidak menjadi jiwa dari sekolah ini, maka itu seperti mereka hapal Al Qur'an, tetapi Al Qur'an hanya sampai di tenggorokan mereka.
Seenaknya saja membuat aturan tanpa pemberitahuan dan penghargaan sama sekali, teganya mereka membuat kami harus menyelinap dibawah pagar, anak-anak yang lompat di atas pagar, orang tua yang dipaksa untuk sakit jantungnya lagi.
Kalau bisa lebih mudah kenapa dibuat sulit, toh selama ini sudah berjalan seperti itu. Alasan keberatan dari warga yang protes, justru mereka protes karena rumahnya dekat situ, kok ditutup. kenapa harus jalan jauh dan tinggi kalau ada yang dekat dan landai.
Hari ini Rapat BMJ, mudah-mudahan sekolah sadar. dan tidak membuat aturan seenaknya lagi.

Selasa, 17 Januari 2012

1 minggu pertama semester 2 Adid Sekolah

Sekolah pertama di semester kedua dimulai hari Senin, tanggal 9 Januari 2012. Tidak seperti minggu pertama semester awal dulu, dimana Adid masih tahap adaptasi, masih sering menangis di ruang kelas dengan tangisan yang keras dan lama. sekarang Adid sudah lebih dewasa karena tidak menangis lagi.
Pada saat acara penerimaan rapor yang diterima oleh orangtua masing-masing, Nilai-nilai pelajaran sekolah Adid rata-rata diatas 80-an, namun demikian tidak ada rangking yang dicatat tuk Adid, nampaknya hanya untuk 3 nilai tertinggi yang diberi hadiah khusus. meski demikian kami cukup bergembira, minimal bahwa Adid bisa mengikuti pelajran sekolah mengingat umurnya pada saat masuk belum cukup 6 tahun.
Hal yang menyita perhatian justru adalah peristiwa yang berawal pada saat pembagian rapor semester 1. waktu itu saking membludaknya mobil-mobil orang tua siswa yang memenuhi jalan masuk pintu Fatimah, sebuah mobil ternyata parkir didepan pagar salah satu rumah besar mengakibatkan si empunya rumah tidak bisa keluar. Kemarahan nyonya besar di lampiaskan disekolah dimana pintu masuk diperintahkannya tuk digembok. Hal ini menyebabkan kami yang sudah selesai menerima rapor tidak bisa keluar lewat pintu. Kami terpaksa masuk lokasi masjid Fatimah turun ke area wudhu dan naik lagi di seberang pintu pagar besi yang digembok.
Penguncian pintu ternyata berlanjut di semester kedua ini, kali ini kami yang sudah terbiasa mengantar anak lewat pintu Fatimah di arahkan masuk pintu utama di Andalas. Jarak lebih jauh dan lebih berbahaya karena jalanan licin apalagi di musim hujan ini. Penguncian pintu Fatimah sepertinya juga tidak konsisten, di minggu pertama pintu belum dikunci tetapi mobil-mobil pengantar di arahkan tuk jalan terus menuju pintu andalas, sehingga hanya pengantar motor yang leluasa masuk, beberapa mobil juga bisa lewat pintu Fatimah ini sementara pintu belum dikunci. beberapa hari kemudian pintupun di kunci sehingga anak-anak masuk lewat tempat wudhu masjid. Namun di hari kedua minggu pertama, pemandangan miris terlihat dari anak-anak sekolah yang kebingungan dan terhambat untuk masuk sekolahnya, beberapa anak masuk lewat sela-sela pagar yang bolong, dan yang lain berjalan lebih jauh lagi karena pintu masjid menuju tempat wudhupun di kunci sehingga harus jalan terus lagi entah masuk lewat mana.
Sekolah Athirah yang awalnya terkesan bagus kali ini menunjukkan mukanya yang sebenarnya. muncul beberapa pertanyaan mengenai apakah memang athirah adalah sekolah yang baik bagi anak-anak muslim makassar? campur tangan orang-orang tertentu yang tidak diketahui kapabilitas kependidikannya juga kapabilitas moralnya dalam kegiatan pendidikan sekolah saya khawatirkan akan merusak tatanan sekolah, apalagi dengan kata Islam yang disandangnya. Bukan tidak mungkin sekolah ini akan diperlakukan tak lebih dari suatu institusi bisnis dari yayasan. Besarnya uang masuk, serta uang bulanan siswa, ditambah bantuan BOS(sesuai konfirmasi ka. sekolah tgl 24/1/2012, Athirah tidak menerima dana BOS), juga bantuan lain yang diberikan pemerintah adalah kapitalisasi rupiah yang sangat besar yang memungkinkan pemilik yayasan tuk hidup berfoya-foya atas nama pendidikan Islam.
Maka sudah saatnya pemerintah dan masyarakat makin sadar pentingnya pengawasan terhadap lembaga pendidikan, sebab ia adalah sebuah institusi amal dimana-mana orang-orang yang terlibat didalamnya adalah orang-orang yang berkarakter dasar memberi, para guru memberikan ilmu dan perhatiannya kepada kelanjutan belajar siswa, para donatur memberikan dananya tuk penyediaan fasilitas belajar, para pengelola memberikan perhatian tuk terlaksananya proses pembelajar dan pembentukan akhlak yang baik bagi semua siswa. Lingkungan sekolah harusnya adalah lingkungan suci yang bebas dari niat-niat menguasai untuk kepentingan pribadi orang tertentu.
Aksi penggalangan tanda tangan berupa pernyataan keprihatinan dari para orang tua siswa ditujukan untuk mengembalikan rel pendidikan sekolah athirah ke rel yang benar dan tidak terkooptasi oleh kepentingan orang tertentu dari siapapun. Sekolah adalah lembaga yang percayakan oleh para orang tua para siswa tuk mendidik anak-anaknya memahami ilmu pengetahuan, dan pembentukan akhlak yang Islami, sebagaimana nama yang disandang sekolah ini.

Popular Posts