Rabu, 20 September 2017

Pa' Tahang, Raja Kerajaan Bajo Mandi Bulo

Kerajaan Mandibulo hanyalah sebuah istilah. Mandibulo adalah nama sebuah tempat ditengah lautan di wilayah Banggai Kepulauan. Sebuah wilayah laut yang dangkal dimana diatasnya berdiri sekitar 10 rumah panggung yang bersambungan. Antar rumah panggung tersebut dihubungkan dengan titian kayu yang sempit. Disiniliah Pa'Tahang tinggal bersama sekelompok orang bajo. mereka memilih tinggal disini, sebuah pilihan yang ringan bagi mereka tetapi berat bagi anak-anak Pa' Tahang sendiri. Disini mereka hidup tenang, jujur dan penuh ketulusan.
Kerajaan ini dikunjungi oleh 2 orang Eropa yang kemudian tinggal selama 2 minggu. Selama 2 minggu ini pula Mariam melihat dan berinteraksi langsung dengan Pa' Tahang dan semua keluarganya. Kisah kunjungan Mariam inilah yang difilmkan kemudian di upload di youtube dengan judul Cerita Dari Eropa Suku Bajo di Bangkurung - Banggai Laut Sulawesi Tengah - Documentary Film
Pa'Tahang adalah tokoh yang dituakan pada komunitas ini. Pa'Tahang mewarisi keahlian menangkap ikan dari bapaknya. Keahlian menangkap ikan tradisional dengan peralatan utama berupa pancing dan tombak saja. Pa'Tahang mewarisi keahlian ini karena dulu sewaktu kecil sering diikutkan bapaknya pergi menangkap ikan, saat ini anak-anak pa'tahang lebih memilih cara lain yang lebih mudah dan tinggal di daratan atau pulau.
Diantara penduduk Mandi Bulo ada ibu Jannah yang sudah berusia 65 tahun namun masih kuat beraktivitas seperti penduduk bajo umumnya. ibu Jannah adalah penduduk terakhir yang sempat hidup diatas perahu kecil yang disebut lepa-lepa. sudah 45 tahun ini ibu Jannah hidup diatas rumah panggung, menetap di tengah laut. kebijakan pemerintah orde baru yang memerintahkan semua orang bajo untuk hidup didarat menyebabkan ibu Jannah meninggalkan kehidupannya diatas perahu. sebuah perahu kecil yang dihuni oleh 5 orang, terdiri atas ibu bapak dan 2 orang saudaranya. ibu Mariam tidak bisa membayangkan bagaimana satu keluarga tersebut hidup diatas perahu kecil dan selalu berpindah tempat. sebuah dunia kecil yang selalu bergoyang di hantam ombak laut.
Gambar ini menunjukkan tiga orang pemancing,salah seorang adalah sepupu Pa'Tahang. karena tidak memiliki perahu dan alat lainnya, maka ia memilih memancing atau menombak cumi2 yang lewat dibawahnya. ia mulai duduk di situ pada jam 7 sampai sore jam 6. dalam sehari ia bisa mendapatkan 5 ekor cumi-cumi.
Di komunitas ini juga terdapat Idrus dengan istri dan beberapa anaknya. Kisah istri Idrus adalah kisah yang layak di apreasiasi. Terlahir dari keluarga kristen di Manado, Rina jatuh cinta dengan Idrus pada masa remajanya. Namun orangtua Rina tidak meyetujui hubungan kedua sejoli tersebut. Rina yang protestan dan Idrus yang Muslim tidak disetujui oleh orangtua Rina untuk menjali cinta. Satu-satunya jalan untuk menyatukan cinta mereka adalah lari dan sembunyi, dan Mandibulo ini adalah tempat yang sangat jauh dan tidak memungkinkan orangtua Rina mengambil anaknya kembali. 20 tahun sudah Rina tidak pernah bertemu kedua orangtuanya.
Kehidupan sehari-hari penduduk Mandi Bulo adalah mencari ikan, cumi dan produk laut lainyya. Ikan yang diperoleh kemudian dikeringkan. Selang satu bulan kemudian ikan-ikan kering tersebut kemudian dibawa ke daratan untuk di jual. hasil penjualan ikan kering berkisar satu juta lima ratus perbulan. Ini cukup disyukuri oleh mereka.
Tidak sepanjang tahun penduduk Mandibulo tinggal di laut. Pada musim penghujan, dimana hujan tidak memungkinkan mereka hidup diatas rumah panggung mereka, mereka hijrah ke daratan dan tinggal selama kurang lebih 4 bulan hingga musim penghujan selesai. Di Pulau ada keluarga yang tinggal, juga ada rumah Pa'Tahang. Meski tidak semewah rumah anak menantunya, namun cukup untuk mereka tinggali.
Hal yang mengkhawatirkan oleh penduduk Mandibulo, adalah kehadiran nelayan-nelayan dari pulau yang menggunakan cara penangkapan ikan yang merusak ekosistem laut di sekitar mandibulo. Bom Ikan, dimana sekali meledak akan mememunculkan sekitar 1 ton ikan. Namun juga menghancurkan karang tempat hidup ikan. Mereka bebas berbuat demikian karena petugas yang seharusnya melarang aktivitas tersebutpun tidak mampu berbuat apa-apa. Saat ini hanya tinggal sekitar 5% karang yang masih utuh.
Kehidupan Pa'Tahang yang sederhana di Mandibulo adalah sebuah bentuk pilihan untuk hidup sederhana, jujur dan penuh ketenangan. sayangnya pilihan hidup tenang tersebut ditengah keindahan alam dan cakrawala langit yang mempesonapun perlahan akan habis oleh tidak adanya generasi pelanjut, kebijakan pemerintah yang tidak memihak, serta pelaku-pelaku eksploitasi laut lainnya yang makin garang.


Popular Posts