Selasa, 10 Maret 2015

Andi Ice Potret Seorang Bunda


Jumat, 6 Maret 2015, jam 4 sore sehabis shalat ashar, saya membaca sms seorang kawan yang memberitakan tentang berita kematian seorang sahabat. "Assalamu 'alaikum .... Innalillahi wainnailaihi rojiu... Telah berpulang ke Rahmatullah, teman, saudara/saudari kita Bu Ice (A.Ice Fadriani)di jkt. Insya Allah tiba di rmh duka jl. Mappa..... Makassar pkl 15.30 hari ini, renc akan lgsg dikebumikan." sontak terdiam membaca sms ini, saya langsung menelpon teman yang mengirim sms ini, ia bilang betul, saya tanya kenapa bisa, dan ia seketika menjelaskan panjang lebar berbagai hal tentang kondisi akhir almarhumah.. saya bilang cukup, nanti dicerita lengkap saya mau kesana...
Saya mengenal ibu Andi Ice dalam perkuliahan unik Guardian Angel, sesama mahasiswa, kami kuliah selama 6 bulan, 3 hari setiap bulan pagi sampai sore. Beliau tinggal di Jakarta mengikuti suaminya yang bertugas di Senayan. Karena itu beliau bolak balik setiap bulan demi mengikuti perkuliahan ini. perkuliahan yang sudah lama ingin diikutinya namun baru kesampaian.
Sebagai seorang istri senator, dia bisa istirahat dan menikmati posisinya sebagai orang terhormat, tetapi sama sekali tidak tampak itu dari dirinya selama kami mengenalnya, setiap kali perkuliahan beliau memang rajin menanggapi lemparan pertanyaan pemateri, baik pak Munif, Pak Vita, maupun Bubun Irene. Beliau sangat aktif bertanya dan bercerita tentang dirinya, dirinya sebagai pembelajar, dirinya sebagai ibu, dan bukan dirinya sebagai nyonya besar.
Di bulan pertama perkuliahan, sempat-sempatnya dia mengantar keliling Makassar teman-teman kuliah yang berasal dari Papua. Ringan sekali tangannya membantu orang lain semampu dia bisa, juga cerita tentang oleh-oleh yang dibawanya dari Makassar yang sampai over bagasi, oleh-oleh untuk tetangganya, guru anaknya dan bahkan satpam rumahnya... pun dari Jakarta datang membawa oleh-oleh brownies yang sempat dinikmati teman-teman.
Semangat belajarnya sungguh luar biasa, seluarbiasa cita-citanya membangun sekolahnya yang sekolahnya manusia. Sebuah sekolah PAUD di rumahnya sudah lama berdiri dan ingin dikembangkannya lebih jauh menjadi sekolah alam, namun cita-citanya harus berhenti dan entah siapa yang akan melanjutkannya. Semua karena keinginannya membangun bangsanya, membangun daerahnya, membangun Sulawesi Barat asal suaminya. Untuk keperluan suaminya pula, semua desa dan kampung di Sulawesi Barat telah pernah dikunjunginya, menyerap aspirasi masyarakat dan menawarkan program perubahan pendidikan masyarakat. Sejumlah orang telah direkomendasikannya untuk mengikuti perkuliahan Guardian Angel angkatan berikutnya. perkuliahan yang akan berlangsung bulan April nanti...
Yang terutama dari beliau adalah perhatiannya yang penuh untuk anak-anaknya. Bahkan hingga bolos kuliah demi menemani anaknya belajar menjenlang ujian semester. Aku bilang kenapa harus bolos kuliah, toh ujian semester juga sudah tidak terlalu signifikan dalam penilaian di kurikulum baru, tetapi beliau tidak ingin melewatkan momen tersebut. dia ingin memberi semangat kepada anak-anaknya... bahwa sekolah itu penting, bahwa belajar itu penting... demi anak-anaknya pula lokasi rumah yang ditinggalipun mengikuti sekolah anaknya... sebelum pindah dari makassar, yang dilakukan dulu adalah mencari sekolah terbaik untuk anak-anaknya dan setelah menemukan sekolah tersebut barulah mereka mencari rumah tinggal di dekat sekolah anaknya tersebut, meskipun jauh dari pusat kota, meskipun jauh dari kantor suaminya... semua demi kecintaan seorang Bunda kepada anak-anaknya, perhatian penuh seorang Bunda kepada anak-anaknya... dan kata terakhir yang diucapkan kepada suaminya ketika memintanya pulang ke rumah di kesibukan kantornya adalah pulang dan belajar mengurus anak-anaknya... kata-kata yang tidak akan di lupakan oleh suaminya... sungguh mengharukan ketika suaminya tadi malam, di malam takziah hari ketiga dan hari terakhir... ia sampaikan bahwa betapa berat akan di rasakannya hari ini ketika akan berangkat ke Jakarta tanpa istri tercintanya, tanpa istri yang selama ini selalu mengingatkannya untuk tidak lupa Allah, tanpa istri yang selama ini megurus segala keperluan anak-anaknya... sang suami kini harus belajar menjadi ayah dan sekaligus ibu dari anak-anaknya.. di usia nya yang masih muda... 13 tahun mereka bersama ... dan sekarang salah satu dari mereka harus pergi menghadap Tuhannya.... dan salah satu dari mereka harus menjadi 2 orang bagi anak-anaknya...
Selamat jalan Sahabat... damailah engkau disana... di pelukan kasih sayang Allah yang tiada terkira...

Membayangkan masalah ayahbunda


Bayangkan, jika anda sebagai pasangan suami istri dan si istri sudah hamil untuk anak pertama, anda dalam keadaan bingung dan was-was bagaimana menghadapi kelahiran anak anda, pengetahuan apa yang anda butuhkan, sikap apa yang dibutuhkan dan bagaimana ketrampilan yang di butuhkan selama kehamilan anak tersebut ?.... anda perlu sebuah pelatihan atau sekolah untuk calon orantua. Tetapi dimana anda memperoleh pelatihan tersebut, dan bagaimana pembelajarannya dan berapa lama...??
Ketika anak anda lahir, tantangan baru pun muncul, kesulitan baru muncul dan bertambah banyak, anda boleh mengabaikan semua kebutuhan anak anda, anda boleh menyerahkan semua tradisi keluarga berjalan apa adanya, tetapi apakah ini yang terbaik untuk perkembangan anak anda...??? Jika tidak, anda perlu sekolah lagi untuk menperoleh kompetensi sebagai orangtua dari anak usia dini... dan untuk setiap tahapan perkembangan anak berikutnya, anda membutuhkan kompetensi baru dari orangtua untuk mengimbangi dan memaksimalkan potensi tumbuh kembang anak.
Jika pada 4 tahun pertama, anak anda tumbuh dan berkembang di rumah, sejak usia 4 sampai 6 tahun anak anda sudah masuk kelompok bermain dan TK, anak anda sudah masuk sekolah dan anda sudah perlu bekerjasama dengan sekolah dalam mendiskusikan perkembangan anak anda.... inilah fase pertama anda bekerjasama dengan guru anak anda, kerjasama ini akan berlanjut ketika anak anda sudah masuk SD, kemudian SMP, dan SMA. Bahkan ketika sudah mulai kuliah semester awal, anda masih saja dibutuhkan anak anda.... Pada setiap tahapan tersebut, anda butuh kompetensi baru dan khusus... dan kembali pertanyaannya dimana anda memperoleh kompetensi tersebut, dalam bentuk apa dan seperti apa prosesnya... ???
Saya membayangkan sekolah untuk anda memperoleh kompetensi tersebut, di setiap tahap dan tema tertentu, perlu dirancang dan dirumuskan programnya untuk dimodelkan. Siapa yang akan mengembangkan model programnya ini?
Dimasyarakat, oleh pihak swasta dan instansi pemerintah lain, sudah ada sebagian materi dan sekolahnya, masalahnya program-program tersebut perlu di kurasi, serta di integrasikan secara menyeluruh dari seluruh aspek dan tahapan perkembangan anak, sebab ini bukan cuma masalah gizi dan kesehatan, tetapi lebih luas dari itu ini adalah masalah pendidikan anak.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sudah membentuk direktorat baru yang bernama Direktorat Pendidikan Keluarga, yang sebelumnya dalam rancangan sempat disebut sebagai direktorat keayahbundaan. Dasar berpikirnya berdasarkan sejumlah berita dari akun facebook kementerian adalah orangtua sebagai pendidik utama dan terutama dalam kehidupan seorang anak selama ini belum tergarap dengan baik untuk mempersiapkan mereka sebagai pendidik di rumah.
Direktorat Pendidikan keluarga ini berada dibawah ditjen PAUD dan Dikmas, dan dibawahnya ada 2 Unit Pelaksana Teknis berbentuk PP-PAUDNI berlokasi di Jayagiri, Bandung dan Ungaran, Semarang. Selain itu ada 8 UPT berbentuk BP-PAUDNI, yang salah satunya BP-PAUDNI Reg.III di Makassar dengan wilayah kerja seluruh propinsi di pulau Sulawesi. Juga ada UPTD di setiap Propinsi bernama BPKB dan disetiap Kabupaten ada 1 atau lebih UPTD bernama SKB. Pada masing-masing UPT tersebut terdapat sejumlah tenaga fungsional pendidik bernama Pamong Belajar, yang sebagiannya lagi berkonsentrasi atau di konsentrasikan pada pengembangan program pendidikan keluarga ini...
Terdapat sekitar 3000 lebih tenaga fungsioanl Pamong Belajar di seluruh Indonesia, jumlah ini sangat kecil dibanding tenaga fungsional guru yang jumlahnya mencapai ratusan ribu. Tetapi tugas pokok dan fungsi pamong belajar dengan sasaran peserta didik adalah orang-orang di luar sekolah, termasuk orangtua apalagi dengan tambahan kajian pendidikan keorangtuaan ini memerlukan dukungan semua pihak, untuk menambah jumlah pamong belajar serta disaat yang sama meningkatkan kualitas pamong belajar. tentu disertai peningkatan tunjangan kesejahteraan pula.
Dalam hal pendidikan Keluarga bukan cuma garis kebijakan mengenai pendidikan keluarga ini yang harus jelas, tetapi juga orang-orang yang seharusnya terlibat dalam pengembangan model program ini, dalam hal ini adalah pamong belajar pada pokja pendidikan keluarga disetiap UPT dan UPTD perlu memiliki persepsi dan pemahaman yang sama... agar target-target pencapaian seperti tercantum dalam RPJM yaitu sekitar 59ribu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan keorangtuaan, serta sekitar 200ribu orangtua mengakses pendidikan keorangtuaan bisa tercapai.
Seperti apa program pendidikan keorangtuaan tersebut? barangkali adalah program yang menjawab permasalahan orang tua yang tertulis diawal tulisan ini..... tetapi apakah seperti itu??? apakah yang benar adalah seperti model program Pra-Nikah yang dikembangkan BPKB DIY? ataukah model program assisompungen yang pernah dikembangan BPPAUDNI Reg.III Makassar?
wallahu alam bissawab ...

Rabu, 04 Maret 2015

Dewi yang terkadang sedih


Meme "disitu terkadang saya merasa sedih" dipopulerkan oleh seorang polis bernama Brigpol Dewi Sri Mulyani. tadi malam buka-bukaan mengenai latar belakang mengapa beliau terkadang merasa sedih di salah satu stasiun Tv.
Dan ternyata penyebabnya adalah karena profesinya sebagai abdi negara yang kadang bertentangan dengan perannya sebagai ibu dari 2 orang anaknya. saat ia harusnya berada disamping anak-anaknya, membimbing dan mengarahkan mereka, negara juga memanggilnya untuk melaksanakan tugas sebagai seorang polisi. lalu mengapa ini harus terjadi? bukankah tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bukankah orangtua adalah pendidik utama dan terutama bagi seorang anak?
Disinilah perlunya keberpihakan negara terhadap peran ibu sebagai orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Sosok seorang Ibu teramat penting bagi seorang anak, mulai ketika masih dalam kandungan, lahir dan menyusu, berjalan, berlari bersekolah hingga dewasa dan siap menjadi orang tua lagi. keseluruhan proses tersebut memrlukan pendampingan dan didikan dari orangtuanya.
Kita bersyukur bahwa pemerintahan baru dibawah kemdikbud telah membentuk sebuah direktorat khusus tentang pendidikan keluarga/ayah bunda. Kita berharap dari direktorat ini akan lahir kajian dan model program tentang bagaimana menjadi orangtua untuk setiap jenjang dan fase kehidupan seorang anak. tentu juga akan ada keberpihakan negara terhadap pemberian kesempatan kepada orangtua untuk lebih maksimal berperan sebagai pendidik utama bagi anak-anaknya. Di beberapa negara kebijakannya sudah sangat hebat, misalnya di Jepang seorang Ibu yang mengandung maka akan berhenti dari pekerjaanya untuk bekerja mengasuh anaknya hingga berumur 2 tahun, baru setelah itu bisa melanjutkan karirnya. di Finlandia, keluarga adalah nomor satu, baru kemudian pekerjaan dan uang.
Dalam kasus Dewi dan semua ibu lainnya, negara seharusnya memberikan kesempatan kepada mereka untuk mendampingi anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik. kita punya tantangan 20-30 tahun yang akan datang dengan bonus demografi, jika sekarang anak-anak tersebut tidak terfasilitasi dengan baik untuk berkembang, maka bukan bonus demografi yang akan kita hadapi tetapi masalah demografi.
Dunia berkembang sangat pesat, teknologi masuk dengan cepat pula, berbagai kemudahan teknologi ini menyebabkan anak-anak kita sekarang begitu akrab dengan teknologi baru berikut arus informasi yang besar, kebanyakana informasi yang dibawa tersebut tidak sesuai dengan perkembangan anak, banyak yang kecanduan gadget, mendapatkan konten informasi dewasa, adegan dan berita kekerasan, pornografi, menyebabkan anak-anak kita terpapar dan tercemari. banyak kasus kekerasan dilakukan anak-anak, genk motor, dan lain-lain... semuanya ekses dari tidak adanya orangtua yang hadir mendampingi perkembangan anak. tidak kompetennya orang tua sebagai orang tua. juga bentuk kebingungan orangtua dengan sekolah.
Kita juga harus menyadari bahwa pelaku-pelaku kekerasan oleh anak sekolah seperti tawuran sebetulnya adalah bentuk kegagalan sekolah dalam membina moral anak-anak, juga karena terputusnya hubungan antara guru dan orangtua sebagai pendidik dari anak-anak mereka.
Kajian dan model program pendidikan keorangtuaan sangat penting untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut. baik untuk mengkompetenkan orangtua sebagai orangtua, maupun membentuk pola hubungan yang harmonis antara guru di sekolah dan orangtua dirumah sehingga masing-masing akan ada penguatan terhadap sikap perilaku yang diharapkan dimiliki anak usia sekolah.Serta dukungan dari semua pihak tentang pentingnya memberikan kesempatan kepada orangtua dalam mendampingi anaknya dalam porsi yang tepat sebagai pendidik yang utama dan terutama.
Jika ini terjadi, maka Brigpol Dewi tidak perlu merasa sedih, anak-anaknya akan terpenuhi kebutuhannya sehingga berkembang dengan baik.
Sikap utama yang perlu dimiliki oleh orangtua adalah bahwa setiap anak yang dilahirkannya adalah karya master piece dari Tuhannya, tidak ada produk gagal, setiap anak memiliki potensi menjadi hebat dan tinggal menemukan potensi hebatnya dan karenanya perlu dijaga, dipelihara, dididik dengan didikan terbaik sehingga ia akan menjadi manusia terbaik pula dengan prestasi dan karya yang akan dihasilkanya. akan lahir generasi emas, generasi solutif, manusia mandiri, bertanggungjawab, dan bukan sebaliknya menjadi beban masyarakat.
Tuhan telah menciptakan manusia sebagai ciptaan yang sempurna, dalam keadaan bagaimanapun ia adalah sempurna, maka dengan menyempurnakan didikan kita, anak akan menjadi manusia sempurna. manusia yang macca, lempu, warani dan getteng.

Selasa, 03 Maret 2015

Ke arah mana pendidikan ayahbunda

Hari ini rapat pertama pamong belajar pokja pendidikan ayahbunda/keluarga. Rapat dibuka oleh ketua pokja yang menyampaikan tentang ihwal dirinya masuk di pokja ayah bunda berdasarkan amanah dari kepala balai. yang meskipun terpaksa tetapi karena amanah maka harus dilaksanakan. Lanjut rapat pokja, selain personil pokja, struktur pokja juga sudah ditunjuk langsung dimana ketua dan sekretaris sudah tertulis langsung. saya sepertinya menduga 2 model dan 2 labsite juga sudah ada dan tinggal dilaksanakan. namun demikian saya tetap menyampaikan sebagian yang saya pikirkan tentang ke arahmana pengembangan program ini seharusnya dilaksanakan. meski ada pendapat lain yang berbeda baik terbuka dan mungkin nanti diam-diam. hehehhe Saat rapat berlangsung, kemudian kepala balai masuk dan kemudian langsung memberikan pengarahan tentang seperti apa pokja ini, menurut beliau pokja seperti ini sudah dibentuk sebelumnya di Bandung dengan nama pokja parenting, semarang belum ada kabar, dan makassar mengikut bandung mengikuti Kapus jayagiri yang mantan kepala balai makassar. informasi dari kementerian disampaikan oleh kepala balai adalah fokus dari direktorat ini adalah bagaimana ayah ibu berperan dalam mensukseskan tumbuh kembang anak. beliau juga menyampaikan apa-apa yang telah menjadi kajian lokal, regional dan internasional dari direktorat ini. Saya mencatat fokusnya ini kemudian saya coba uraikan lebih lanjut, yaitu bahwa orang tua sebagai sasaran program yang diharapkan mampu menjadi orangtua yang baik bagi anak-anaknya. Dan jika melihat usia anak-anak dari 0 sampai 18 tahun maka pengembangan model program sebaiknya menyasar pada segmentasi tersebut yang terdiri 7 segmen. lebih lanjut segmentasi tersebut terdiri atas 1. model program pendidikan ayah bunda bagi calon orang tua, yaitu pasangan yang sudah akan memiliki anak, 2 model program pendidikan ayah bunda bagi orang tua dari anak usia 0 sd 3 tahun, 3 model program pendidikan ayah bunda bagi orang tua dari anak usia 4 sd 6 tahun (pre school), 4 model program pendidikan ayah bunda bagi orang tua dari anak usia 7 sd 9 tahun (SD Bawah), 5 model program pendidikan ayah bunda bagi orang tua dari anak usia 10 sd 12 tahun (SD atas), 6 model program pendidikan ayah bunda bagi orang tua dari anak usia 13 sd 15 tahun (Usia SMP), dan 7 model program pendidikan ayah bunda bagi orang tua dari anak usia 16 sd 18 tahun (Usia SMU).pembagian tersebut berdasarkan psikologi perkembangan anak, dan juga kemungkinan lembaga penyelenggara nanti adalah forum orang tua siswa di berbagai jenjang usia tersebut. pendapat ini sedikit berbeda dengan pendapat teman yang lain yang masih pada 3 segmen besar, yaitu model untuk pra nikah, setelah menikah dan orang tua. bagaimanapun jika melihat sasaran RPJM tentang jumlah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan keorangtuaan sebesar 39724 lembaga serta 255500 orang terjangkau, maka pendekatan pada segemntasi umur anak lebih tepat. program ini tinggal bekerja sama denga forum orangtua siswa pada setiap jenjang dan setiap sekolah formal. pada nonformla yaitu pada lembaga PKBM, LKP dan SKB/BPKB. maka orientasi identifikasi model nanti tinggal fokus pada seperti apa kurikulum dan bahan ajar pada orangtua tersebut.. mudah-mudahan bermanfaat

Popular Posts