Pada saat acara penerimaan rapor yang diterima oleh orangtua masing-masing, Nilai-nilai pelajaran sekolah Adid rata-rata diatas 80-an, namun demikian tidak ada rangking yang dicatat tuk Adid, nampaknya hanya untuk 3 nilai tertinggi yang diberi hadiah khusus. meski demikian kami cukup bergembira, minimal bahwa Adid bisa mengikuti pelajran sekolah mengingat umurnya pada saat masuk belum cukup 6 tahun.
Hal yang menyita perhatian justru adalah peristiwa yang berawal pada saat pembagian rapor semester 1. waktu itu saking membludaknya mobil-mobil orang tua siswa yang memenuhi jalan masuk pintu Fatimah, sebuah mobil ternyata parkir didepan pagar salah satu rumah besar mengakibatkan si empunya rumah tidak bisa keluar. Kemarahan nyonya besar di lampiaskan disekolah dimana pintu masuk diperintahkannya tuk digembok. Hal ini menyebabkan kami yang sudah selesai menerima rapor tidak bisa keluar lewat pintu. Kami terpaksa masuk lokasi masjid Fatimah turun ke area wudhu dan naik lagi di seberang pintu pagar besi yang digembok.
Penguncian pintu ternyata berlanjut di semester kedua ini, kali ini kami yang sudah terbiasa mengantar anak lewat pintu Fatimah di arahkan masuk pintu utama di Andalas. Jarak lebih jauh dan lebih berbahaya karena jalanan licin apalagi di musim hujan ini. Penguncian pintu Fatimah sepertinya juga tidak konsisten, di minggu pertama pintu belum dikunci tetapi mobil-mobil pengantar di arahkan tuk jalan terus menuju pintu andalas, sehingga hanya pengantar motor yang leluasa masuk, beberapa mobil juga bisa lewat pintu Fatimah ini sementara pintu belum dikunci. beberapa hari kemudian pintupun di kunci sehingga anak-anak masuk lewat tempat wudhu masjid. Namun di hari kedua minggu pertama, pemandangan miris terlihat dari anak-anak sekolah yang kebingungan dan terhambat untuk masuk sekolahnya, beberapa anak masuk lewat sela-sela pagar yang bolong, dan yang lain berjalan lebih jauh lagi karena pintu masjid menuju tempat wudhupun di kunci sehingga harus jalan terus lagi entah masuk lewat mana.
Sekolah Athirah yang awalnya terkesan bagus kali ini menunjukkan mukanya yang sebenarnya. muncul beberapa pertanyaan mengenai apakah memang athirah adalah sekolah yang baik bagi anak-anak muslim makassar? campur tangan orang-orang tertentu yang tidak diketahui kapabilitas kependidikannya juga kapabilitas moralnya dalam kegiatan pendidikan sekolah saya khawatirkan akan merusak tatanan sekolah, apalagi dengan kata Islam yang disandangnya. Bukan tidak mungkin sekolah ini akan diperlakukan tak lebih dari suatu institusi bisnis dari yayasan. Besarnya uang masuk, serta uang bulanan siswa,
Maka sudah saatnya pemerintah dan masyarakat makin sadar pentingnya pengawasan terhadap lembaga pendidikan, sebab ia adalah sebuah institusi amal dimana-mana orang-orang yang terlibat didalamnya adalah orang-orang yang berkarakter dasar memberi, para guru memberikan ilmu dan perhatiannya kepada kelanjutan belajar siswa, para donatur memberikan dananya tuk penyediaan fasilitas belajar, para pengelola memberikan perhatian tuk terlaksananya proses pembelajar dan pembentukan akhlak yang baik bagi semua siswa. Lingkungan sekolah harusnya adalah lingkungan suci yang bebas dari niat-niat menguasai untuk kepentingan pribadi orang tertentu.
Aksi penggalangan tanda tangan berupa pernyataan keprihatinan dari para orang tua siswa ditujukan untuk mengembalikan rel pendidikan sekolah athirah ke rel yang benar dan tidak terkooptasi oleh kepentingan orang tertentu dari siapapun. Sekolah adalah lembaga yang percayakan oleh para orang tua para siswa tuk mendidik anak-anaknya memahami ilmu pengetahuan, dan pembentukan akhlak yang Islami, sebagaimana nama yang disandang sekolah ini.